Menurut dia, semua dampak positif penggunaan beton tergantung pada bagaimana cara pengerjaannya. "Kalau sub-base nya kurang bagus ya pasti rusak lagi. Lihat saja jalur transjakarta, sudah dibeton, hancur lagi," kata Sanusi, saat dihubungi, Jakarta, Sabtu (8/2/2014).
Apabila Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta mengerjakan perbaikan jalan itu dengan asal-asalan, serta kontruksi jalan beton yang belum kuat namun "terpaksa" digunakan. Maka akan membuat jalan tersebut rusak kembali.
Ketua Fraksi Partai Gerindra itu mengatakan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta harus dapat mengalokasikan anggaran seoptimal mungkin untuk perbaikan jalan. Sebab, anggaran dalam pos Dinas PU DKI Jakarta 2014 mencapai Rp 7 triliun.
Sementara terkait rencana Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang akan menggunakan teknologi beton enam jam kering oleh produk Holcim, menurut Sanusi, hal tersebut mengada-ada.
Dia mengklaim tidak ada teknologi yang bisa membuat beton menjadi lebih cepat kering dan lebih kuat. Usia uji tekan beton terdiri dari 7 hari, 14 hari, dan 28 hari. Jadi, kekuatan beton ditentukan dari usia berapa lama mengeringkannya.
Menurutnya, jika 7 hari masa pengeringan, maka kekuatan beton baru sekitar 25 persen. Jika masa pengeringan 14 hari, maka kekuatan beton itu sekitar 75 persen dan masa pengeringan selama 28 hari, beton menjadi kuat dan baru benar-benar dapat dilintasi kendaraan bermotor.
"Untuk jalan, harus menggunakan beton rigid, karena betonnya lebih kental. Jakarta ini memang jalannya tidak punya kelas," kata Sanusi.
Banyaknya jalan berlubang dan rusak ini membuat Wagub Basuki untuk memutar idenya menggunakan beton di seluruh ruas jalan Jakarta. Ia mempercayai perbaikan jalan melalui teknik beton akan lebih tahan lama dan menyerap air.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.