Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panwaslu: Ada Foto dan Rekaman, tapi Dugaan Kampanye Terselubung Wali Kota Bekasi Tak Terbukti

Kompas.com - 05/04/2014, 14:27 WIB
Jessi Carina

Penulis


BEKASI, KOMPAS.com
 — Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Bekasi menunjukkan foto, rekaman video, dan rekaman suara pada acara sosialisasi yang diadakan BPPT pada 3 April lalu kepada awak media. Acara ini diduga sebagai kampanye terselubung yang melibatkan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi. Pada saat itu, Panwaslu menceritakan ulang kronologi kejadian sejak saat Panwaslu datang dan diizinkan masuk.

Bukti tersebut ditunjukkan Panwaslu kepada awak media pada konferensi pers pelanggaran pemilu yang terjadi di Kota Bekasi di Kantor Panwaslu, Rawa Lumbu, pada Sabtu (5/4/2014). Foto-foto yang ditunjukkan Panwaslu adalah foto saat jalannya acara yang diambil dari luar ruangan. Foto tersebut terlihat tidak jelas karena diambil sebelum Panwaslu diizinkan masuk ke dalam.

Rekaman video yang ditampilkan Panwaslu menunjukkan tayangan Wali Kota yang berada di atas panggung dengan latar belakang layar besar berwarna kuning. Tidak terlihat warna pakaian yang dikenakan Wali Kota karena pencahayaan yang kurang. Sementara itu, rekaman suara yang ditunjukkan Panwaslu menampilkan suara Wali Kota selama 13 menit yang membicarakan materi soal perpajakan.

Sebelum menampilkan barang bukti tersebut kepada awak media, Ketua Divisi Penegak Hukum Panwaslu Kota Bekasi Ismail menjelaskan kronologi kejadian acara. Ismail menolak jika sebelumnya Panwaslu diusir. Ismail mengatakan Panwaslu hanya tidak diizinkan masuk karena tidak memiliki undangan.

"Panwaslu tidak bisa masuk ke dalam ruangan karena tidak ada undangan. Sedangkan yang diizinkan masuk adalah yang punya undangan," ujarnya.

Menurut Ismail, setelah memberi tahu kepada pihak BPPT bahwa dirinya dari Panwaslu, dirinya diizinkan masuk. Ismail mengatakan kepada panitia selama kegiatan yang dilakukan punya indikasi tentang pemilu, maka Panwaslu berhak memeriksa.

"Setelah diizinkan masuk, kemudian Panwaslu segera mencari bukti berupa video, suara, dan foto kejadian. Berdasarkan bukti yang dikumpulkan, Panwaslu tidak menemukan adanya indikasi kampanye," ujar Ismail.

Namun, Ismail mengaku tidak tahu dengan jalannya acara sebelum Panwaslu datang. Ismail hanya memiliki rekaman acara saat dirinya diizinkan masuk di tengah acara.

"Jika ada pihak yang mengetahui indikasi kampanye terselubung pada acara tersebut, Panwaslu minta untuk melaporkan. Karena Panwaslu tidak hadir sejak awal acara. Ingat, waktu pelaporan hanya 7 hari setelah hari kejadian," imbaunya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com