"Saya mau periksa, tapi enggak tahunya tutup. Tadi saya telepon, katanya sedang meeting," kata Uc (30), salah satu pasien di klinik tersebut, kepada Kompas.com, Rabu (17/9/2014) siang.
Ia mengaku tak tahu mengapa tiba-tiba klinik tersebut tidak beroperasi, termasuk kabar mengenai dugaan malapraktik yang beredar di Facebook. Hanya saja, Uc mengaku sudah mendengar kabar penipuan yang terjadi di klinik itu.
"Kalau saya dengar dari teman-teman, katanya memang ada penipuan. Teman saya itu pengin punya kandungan. Katanya sudah bayar Rp 25 juta, tapi sampai sekarang belum ngandung juga," ujar wanita yang mengaku tinggal di Pademangan, Jakarta Utara, itu.
Uc mengaku datang untuk memeriksa penyakit kista dan kanker di mulut rahimnya yang belum sembuh. Penyakit itu, menurut dia, hasil diagnosis dokter di klinik tersebut.
"Saya datang lagi karena sekarang di bagian sini (vital) sakit lagi. Terakhir kan saya berobat itu Mei, sekarang mau periksa lagi," ujar wanita berkerudung ungu ini.
Menurut Uc, biaya yang telah dikeluarkan selama menjadi pasien sejak Januari di klinik itu hingga kini sekitar Rp 22 juta. Itu belum termasuk obat-obatan lain.
Sementara seorang pasien lainnya juga mengalami hal senada. Ia mengaku memilih berobat di sana karena berbeda dengan di rumah sakit lainnya.
"Saya pernah berobat di rumah sakit, tapi jawabannya enggak ada apa-apa mulu. Tapi waktu di sini langsung terdeteksi. Kerjanya cepat. Terbukti waktu dilaser itu kista saya pecah," ujar wanita yang enggan disebutkan namanya itu.
Merebaknya isu dugaan malapraktik ini muncul dalam forum Kaskus dengan judul "Hati-hati terhadap METROPOLE HOSPITAL/KLINIK JAKARTA". Dugaan malapraktik itu di-posting pemilik akun Singlebreath. Postingan itu bertanggal 20 Juli 2014. Ia menceritakan pengalamannya berobat di klinik tersebut. Ia merasa ganjil dengan biaya dan prosedur pengobatan. Apalagi, ia mengaku, setelah dicek ke rumah sakit lain, penyakit yang didiagnosis Klinik Metropole ternyata tidak benar.
Setelah dicek di internet, Singlebreath mengaku mendapati komentar negatif tentang klinik itu. Dalam tulisannya, ia menyarankan agar tidak ada lagi yang "terjebak" di klinik itu.
Hingga berita ini ditayangkan, belum ada konfirmasi dari pemilik klinik tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.