Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klinik MH Takut-takuti Pasien dengan Diagnosis Palsu

Kompas.com - 17/09/2014, 08:15 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Klinik MH diketahui memberikan diagnosis palsu untuk menakut-nakuti pasien, lalu meminta sejumlah uang perawatan agar dapat segera ditindak. Hal tersebut disampaikan oleh beberapa orang yang mengaku pernah menjadi pasien di sana.

NZ (23) salah satunya. Perempuan ini awalnya tertarik dengan perawatan yang ditawarkan di klinik MH saat berkonsultasi melalui chat di situs web milik klinik MH. Kemudian, NZ pun datang langsung ke sana untuk berobat dengan diimingi diskon 50 persen untuk biaya pemeriksaan dan tes USG.

Saat di sana, NZ dipatok harga Rp 345.000 untuk pemeriksaan awal dan tes USG. Setelahnya, NZ diinformasikan oleh dokter yang hanya bisa berbahasa Mandarin untuk melakukan pemeriksaan lanjutan disertai dengan terapi selama 10 hari. Biaya terapi per harinya dipatok Rp 700.000. Namun, NZ yang merasa ragu berusaha menolak, tetapi malah mendapat ancaman dari dokter dan perawat di sana.

"Kalau dibiarkan terus bisa mandul saat punya suami. Mbak enggak mau kan kalau lagi berhubungan intim tiba-tiba enggak nyaman dan suami enggak puas," kata NZ menirukan ancaman yang dituturkan oleh perawat kepada Kompas.com, Rabu (17/9/2014).

NZ tetap mengatakan menolak dan tidak ingin menjalankan terapi karena tidak ada uang. Sampai-sampai, seorang perawat memaksa NZ memeriksa saldo di tabungannya untuk mengetahui masih ada uang atau memang benar sudah tidak ada uang.

Isu tentang kejanggalan di tempat yang dulunya Hotel Metropole ini menjadi pembicaraan hangat di media sosial, salah satunya Kaskus. Dalam thread milik Singlebreath yang berjudul "sharing pengalaman malpraktek: METROPOLE HOSPITAL/KLINIK JAKARTA" hampir semua komentar menunjukkan modus yang digunakan klinik MH untuk menipu pasiennya.

Seperti komentar dari Wandakwee, dia mengatakan bahwa setiap pasien baru yang datang ke sana akan menjalani tes seperti tes USG dan kolposkopi. Kemudian setelah hasil dari tes keluar, dokter di sana akan memberikan hasil tes yang menunjukkan bahwa pasien itu mengalami sakit yang parah dan harus segera diperiksa lebih lanjut.

"Katanya ada benih kista, ada radang di vagina, trus banyak pektay serta byk bakteri/jamur didalam atau dimulut rahim githu bilangnya (lupa" inget) pokoqnya kurang lebih kaya githu. ane disuruh lah perawatan 10hari, tp ane ama suami blg bs ga alternatif lain, trus nego" gt ama suster nya, dokternya bilang 7 hari dulu ajah, jadi ya udah ane buka resep dhe buat pengobatan 7 hari," tutur Wandakwee.

Pasien yang belum tahu akan modus itu secara otomatis akan mengikuti arahan dari dokter tersebut untuk terapi ataupun operasi. Biaya yang dipatok pun beragam, mulai dari Rp 5 juta sampai puluhan juta rupiah. Klinik ini melayani pemeriksaan dan pengobatan khusus untuk perempuan, dengan berbagai jenis pemeriksaan, seperti pemeriksaan kandungan dan alat reproduksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com