Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penumpang Egoistis KRL Tak Hanya di Jakarta, tetapi Juga di Jepang

Kompas.com - 06/10/2014, 14:23 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Aksi saling dorong yang terjadi di KRL Commuter Line selama ini ternyata selalu mendapat peringatan dari petugas di stasiun, di dalam gerbong, serta melalui pengeras suara. Namun, imbauan itu belum mampu menyadarkan penumpang agar tertib.

"Itu pun dikembalikan ke penumpangnya yang dorong-dorongan. Imbauan sudah terus kami sosialisasikan," kata Manajer Komunikasi PT Kereta Api Commuter Jabodetabek Eva Chairunisa kepada Kompas.com, Senin (6/10/2014). [Baca: Penumpang Pria dan Wanita di KRL Commuter Line Sama Egoistisnya]

Eva mengatakan, instansinya kerap memberikan sosialisasi kepada penumpang untuk menciptakan ketertiban bersama dalam menggunakan moda transportasi. Namun, kebiasaan orang untuk saling dorong, berebut, dan tidak mau berbagi membuat pengguna Commuter Line dinilai egoistis. [Baca: PT KCJ Beberkan Penyebab Sulitnya Atur KRL Sesuai Jadwal]

Menurut dia, menumpuknya penumpang tidak bisa dijadikan alasan untuk saling mendorong. Hal ini juga tidak hanya terjadi di gerbong wanita.

"Gerbong pria juga pasti pas mau keluar atau di dalam padat, akhirnya dorong orang buat keluar. Itu yang selama ini terjadi," kata Eva.

Eva mengungkapkan, kondisi itu bukan hanya dialami pengguna jasa Commuter Line Jabodetabek saja. Di negara lain, kata dia, seperti Jepang, dalam satu gerbong juga selalu dipenuhi oleh penumpang.

Selain itu, di kereta Jepang aksi saling dorong pun terjadi. Hanya saja, kejadian itu sudah dianggap biasa oleh orang Jepang.

"Saat melihat tayangan video kereta api di Jepang itulah mata saya terbuka lebar. Ah ternyata sehebat-hebatnya negeri maju masih ada kekurangannya juga," tulis Syasya di Kompasiana.

Bahkan, dalam forum Kaskus pun moda transportasi kereta menjadi topik pembicaraan para anggotanya. Di salah satu postingan radio swasta Jakarta tertulis pula bahwa sering kali saking penuhnya gerbong, para penumpang harus mendorong orang lain agar tidak ketinggalan kereta.

"Hal ini diwajarkan di Jepang, walaupun saling dorong, mereka tidak akan begitu saja memberikan tatapan marah atau malah bertengkar. Bedanya dengan di Indonesia, orang akan langsung berdecak marah atau jengkel ketika kamu mendorongnya," tulis postingan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terungkap, Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Pemilik Warung Kelontong

Terungkap, Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Pemilik Warung Kelontong

Megapolitan
Kronologi Tukang Tambal Ban di Jalan MT Haryono Digeruduk Ojol

Kronologi Tukang Tambal Ban di Jalan MT Haryono Digeruduk Ojol

Megapolitan
Pemkot Depok Akan Evaluasi Seluruh Kegiatan di Luar Sekolah Imbas Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Pemkot Depok Akan Evaluasi Seluruh Kegiatan di Luar Sekolah Imbas Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Namanya Masuk Bursa Cagub DKI, Heru Budi: Biar Alam Semesta yang Jawab

Namanya Masuk Bursa Cagub DKI, Heru Budi: Biar Alam Semesta yang Jawab

Megapolitan
Polisi Usul Kantong Parkir Depan Masjid Istiqlal Dilegalkan Saat Acara Keagamaan

Polisi Usul Kantong Parkir Depan Masjid Istiqlal Dilegalkan Saat Acara Keagamaan

Megapolitan
Kepsek SMK Lingga Kencana: Kami Pernah Pakai Bus Trans Putra Fajar Tahun Lalu dan Hasilnya Memuaskan

Kepsek SMK Lingga Kencana: Kami Pernah Pakai Bus Trans Putra Fajar Tahun Lalu dan Hasilnya Memuaskan

Megapolitan
Polisi Terima Laporan Komunitas Tuli Berkait Konten Komika Gerall yang Diduga Rendahkan Bahasa Isyarat

Polisi Terima Laporan Komunitas Tuli Berkait Konten Komika Gerall yang Diduga Rendahkan Bahasa Isyarat

Megapolitan
Soal Tepati Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi: Nanti Dipikirkan

Soal Tepati Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi: Nanti Dipikirkan

Megapolitan
Polisi Selidiki Pihak yang Bekingi Parkir Liar di Depan Masjid Istiqlal

Polisi Selidiki Pihak yang Bekingi Parkir Liar di Depan Masjid Istiqlal

Megapolitan
Bawaslu Kirim Surat ke Heru Budi, Ingatkan untuk Tak Rotasi Pejabat DKI Jelang Pilkada 2024

Bawaslu Kirim Surat ke Heru Budi, Ingatkan untuk Tak Rotasi Pejabat DKI Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Polisi Tangkap 2 Pengoplos Elpiji 3 Kg ke Tabung 12 Kg di Bogor

Polisi Tangkap 2 Pengoplos Elpiji 3 Kg ke Tabung 12 Kg di Bogor

Megapolitan
Polisi Tindak Pungli di Depan Masjid Istiqlal, Salah Satu Pelaku Positif Sabu

Polisi Tindak Pungli di Depan Masjid Istiqlal, Salah Satu Pelaku Positif Sabu

Megapolitan
Minta Dishub Tertibkan Parkir Liar di Jakarta, Heru Budi: Harus Manusiawi

Minta Dishub Tertibkan Parkir Liar di Jakarta, Heru Budi: Harus Manusiawi

Megapolitan
Keluarga Korban Kecelakaan Bus Pariwisata SMK Lingga Kencana Terima Santunan Rp 60 Juta

Keluarga Korban Kecelakaan Bus Pariwisata SMK Lingga Kencana Terima Santunan Rp 60 Juta

Megapolitan
Tukang Tambal Ban Digeruduk Ojol, Diduga Sebar Ranjau Paku di Jalan MT Haryono

Tukang Tambal Ban Digeruduk Ojol, Diduga Sebar Ranjau Paku di Jalan MT Haryono

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com