Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesepakatan Harga Lahan Belum Tercapai

Kompas.com - 17/12/2014, 15:54 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -  Menjelang akhir tahun, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta gencar bertemu warga yang lahannya terdampak proyek pembangunan transportasi massal cepat (MRT). Namun, pertemuan itu gagal menghasilkan kesepakatan harga lahan. Pembebasan lahan dipastikan mundur dari target akhir Desember 2014.

Pada Selasa (16/12/2014), pihak Pemprov DKI bertemu warga dari lima kelurahan, yakni Kramat Pela, Gunung, Cipete Utara, Melawai, dan Pulo. Sehari sebelumnya, Pemprov DKI bertemu warga dari Kelurahan Cilandak Barat, Lebak Bulus, Pondok Pinang, dan Gandaria Selatan.

Pertemuan itu gagal menghasilkan kesepakatan harga. Warga kukuh meminta Pemprov DKI memaparkan rencana pembangunan sebelum melakukan musyawarah harga lahan. Sigit (52), pemilik lahan di Kelurahan Gandaria Selatan, khawatir tiang MRT dibangun di depan pintu rumahnya.

Mahes (57), pemilik lahan di Kelurahan Cipete Utara, juga begitu. Menurut dia, kajian pembangunan MRT dilakukan pada 1985. ”Sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini,” ujarnya.

Selain itu, menurut Mahes, penempatan stasiun MRT kurang tepat. Stasiun seharusnya terhubung dengan terminal lanjutan atau tempat umum, seperti pusat perbelanjaan. ”Kalau stasiun dibangun di pinggir jalan tanpa tempat parkir memadai, dipastikan kemacetan akan tetap terjadi,” ujarnya.

Purwanto, Kepala Seksi Pembebasan Lahan Dinas PU DKI Jakarta, mengatakan, musyawarah pembebasan lahan masih akan dilakukan hingga Januari 2015. Jika dalam pertemuan kemarin warga sepakat dengan harga yang ditawarkan, pembayaran ganti rugi akan dilakukan pada 26 dan 27 Desember.

Dalam pertemuan itu ada juga warga yang terang-terangan menyatakan tidak sepakat dengan harga yang ditawarkan Pemprov. Warga bertahan dengan harga pasar. Di Jalan RA Kartini, misalnya, nilai jual obyek pajak sebidang tanah Rp 15.150.000 per meter persegi. Pemprov DKI menyatakan siap membeli lahan Rp 15.400.000. Lurah Cilandak Barat Mundari mengatakan, warga meminta lahannya dibeli sesuai harga pasar, yaitu Rp 30 juta per meter persegi.

”Tujuh warga Cilandak Barat yang hadir dalam pertemuan tidak sepakat dengan harga ajuan Pemprov DKI meski sudah dinaikkan,” ujarnya. (DNA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Bingung dengan Potongan Gaji untuk Tapera, Pegawai Swasta: Yang Punya Rumah Kena Juga, Enggak?

Megapolitan
Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Ulah Keblinger Pria di Koja, Curi Besi Pembatas Jalan untuk Nafkahi Keluarga Berujung Ditangkap Polisi dan Warga

Megapolitan
Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Kata Karyawan Swasta, Tapera Terasa Membebani yang Bergaji Pas-pasan

Megapolitan
Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: 'Don't Worry'

Soal Wacana Rusun Baru untuk Eks Warga Kampung Bayam, Pemprov DKI: "Don't Worry"

Megapolitan
DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

DPC Gerindra Serahkan 7 Nama Bakal Calon Wali Kota Bogor ke DPD

Megapolitan
Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai Swasta: Curiga Uangnya Dipakai Lagi oleh Negara

Megapolitan
Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Fakta-fakta Penemuan Mayat Dalam Toren Air di Pondok Aren: Korban Sempat Pamit Beli Kopi dan Ponselnya Hilang

Megapolitan
Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Heru Budi Sebut Bakal Ada Seremonial Khusus Lepas Nama DKI Jadi DKJ

Megapolitan
Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Keberatan soal Iuran Tapera, Karyawan Keluhkan Gaji Pas-pasan Dipotong Lagi

Megapolitan
Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Duka Darmiyati, Anak Pamit Beli Kopi lalu Ditemukan Tewas Dalam Toren Tetangga 2 Hari Setelahnya

Megapolitan
Pengedar Narkoba di Koja Pindah-pindah Kontrakan untuk Menghilangkan Jejak dari Polisi

Pengedar Narkoba di Koja Pindah-pindah Kontrakan untuk Menghilangkan Jejak dari Polisi

Megapolitan
DPC Gerindra Tunggu Instruksi DPD soal Calon Wali Kota Pilkada Bogor 2024

DPC Gerindra Tunggu Instruksi DPD soal Calon Wali Kota Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Perempuan Tewas Terlindas Truk Trailer di Clincing, Sopir Truk Kabur

Perempuan Tewas Terlindas Truk Trailer di Clincing, Sopir Truk Kabur

Megapolitan
Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Megapolitan
Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan, Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan, Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com