Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Benjamin Bukit, Rabu (4/2), mengatakan, tim yang antara lain beranggotakan wakil dari Organda, konsultan dari Indonesia Infrastructure Initiative, dan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) memutuskan rencana uji coba di jalur Kopaja S66 jurusan Blok M-Manggarai.
”Satu rute uji coba ini cukup untuk melihat modelnya. Jika berhasil, diperluas di rute lain,” ujarnya.
Menurut Benjamin, tim akan merumuskan pola kerja sama operasi hingga Maret 2015. Setidaknya ada sejumlah catatan dalam proyek revitalisasi ini, antara lain menyatukan pengelolaan dalam PT Transjakarta, membayar operator dengan rupiah per kilometer, serta memperbarui armada. Hal itu bertujuan membuat pengguna angkutan umum lebih nyaman di jalan.
Menurut Ketua Organda DKI Jakarta Shafruhan Sinungan, uji coba di satu trayek sebenarnya kurang efektif untuk melihat hasil. Oleh karena itu, pihaknya mengusulkan dua trayek uji coba, yakni trayek S66 Blok M-Manggarai yang tidak bersinggungan dengan jalur transjakarta, dan S602 Ragunan-Pasar Senen yang bersinggungan dengan jalur transjakarta. Namun, usulan itu tidak diterima.
”Prinsipnya pengusaha angkutan mendukung upaya revitalisasi. Kopaja telah menyiapkan 150 armada baru untuk keperluan ini. Namun, pemerintah perlu mengevaluasi program serupa sebelumnya di S602 untuk melihat dampak, tujuannya kepuasan pengguna,” ujarnya.
Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia MH Yudhistira menilai, beban biaya transportasi yang harus ditanggung masyarakat Jabodetabek masih tinggi.
”Meskipun harga tiket KRL dan transjakarta masih terjangkau, mereka masih harus membayar biaya ekstra untuk sampai ke stasiun atau dari stasiun ke tempat tujuan. Pengeluaran untuk transportasi bahkan mencapai 20 persen dari pendapatan seseorang,” ujarnya.
Biaya besar, antara lain, dikeluarkan untuk membayar ojek, bajaj, atau angkutan umum yang tidak massal. Langkah ini terjadi karena rute angkutan massal belum mengakomodasi perjalanan warga dari tempat asal hingga ke tujuan. Itu sebabnya biaya transportasi menjadi tinggi.
Yudhistira menilai, penataan rute transportasi massal menjadi teramat diperlukan untuk memudahkan masyarakat berpindah tempat. Transportasi massal yang efektif dan efisien bisa menekan ongkos transportasi.
Penataan dan peremajaan
Revitalisasi angkutan umum juga dijalankan di Kota Bogor, Jawa Barat. Ketua Tim Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan (TP4) Kota Bogor Yayat Supriatna mendorong program revitalisasi angkutan umum secara menyeluruh oleh Pemerintah Kota Bogor.
Salah satu tindakan yang perlu segera diambil adalah penataan trayek sekaligus peremajaan atau penggantian angkutan kota atau mikrolet jenis minibus. Selain itu, juga perlu didorong perubahan status kepemilikan dan pengelolaan angkutan umum.
Di Kota Bogor saat ini tercatat ada 3.412 mikrolet bercat hijau yang melayani 23 trayek. Namun, dari penelitian TP4, layanan angkot mencakup tidak sampai separuh wilayah Kota Bogor yang seluas 11.850 hektar.
”Trayek saling tumpang tindih, terutama yang melewati Kebun Raya Bogor,” kata Yayat. Hal itu ditambah kondisi mobil yang kurang nyaman dan kurang aman. Sekitar 220 angkot berusia lebih dari 10 tahun sehingga harus diganti dengan yang baru atau diubah menjadi angkutan umum berbeda.