Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Kematian Tokoh Belanda di Museum Prasasti

Kompas.com - 21/02/2015, 07:13 WIB
Ai Chintia Ratnawati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Semerbak wangi kamboja menyeruak ketika memasuki Museum Taman Prasasti. Pohon yang rindang dan teduh mengelilingi museum yang berdiri di Jalan Tanah Abang I, Jakarta Pusat, ini. Nuansa dark begitu kental. 

Di museum seluas 1,2 hektar ini, tersimpan cerita kematian tokoh-tokoh Belanda yang pernah tinggal di Batavia. "Memang museum ini dikhususkan untuk menyimpan berbagai macam batu nisan yang memiliki nilai sejarah tinggi," kata pemandu Museum Taman Prasasti, Eko Wahyudi, Rabu (18/2/2015).

Sebelum diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin, museum ini awalnya hanya pemakaman biasa bernama Kebon Jahe Kober. Barulah setelah diresmikan pada 1997 menjadi Museum Taman Prasasti.

"Kuburan Kebon Jahe Kober sendiri sudah ada sejak zaman Belanda, yaitu tahun 1795. Pada saat itu, terjadi wabah di Batavia sehingga mengharuskan Pemerintah Belanda membuka pekuburan baru. Karena letaknya yang strategis di Kali Krukut, dibukalah kuburan baru di sini," kata Eko.

Menurut Eko, ada satu makam yang dianggap misterius, yaitu makam kapitan jas. "Tidak diketahui benar siapa yang dimakamkan di situ, tetapi ada satu kepercayaan bahwa peziarah yang mengunjungi makam ini akan diberikan kesuburan, keselamatan, dan kemakmuran," ucap dia.

Dari sekian banyak batu nisan yang ada di museum ini, terdapat batu nisan pendiri sekolah kedokteran Stovia HF Roll. "Di sini juga ada batu nisan Olivia Mariane, yaitu istri Thomas Stamford Rafles, Gubernur Belanda yang berkuasa di Indonesia dan perintis pendiri Kebun Raya Bogor," ujar Eko.

Selain itu, di sini terdapat nisan aktivis angkatan '66, Soe Hok Gie. Bisa juga dijumpai patung-patung yang bernilai seni tinggi.

Salah satu patung yang menarik adalah patung wanita menangis. "Kita juga masih menyimpan kereta pengangkut jenazah pada zaman Belanda," ujar eko. Kereta itu tersimpan tepat di arah pintu masuk menuju museum.

Kompas.com/Ai Chintia Ratnawati Museum Taman Prasasti terletak di Jalan Tanah Abang no I, Jakarta Pusat. Di museum ini tersimpan koleksi batu nisan warga Belanda yang pernah tinggal di Batavia.
Di balik sejarah dan karya seni tinggi, museum ini terlihat tidak terurus. Rumput yang tinggi serta sampah berserakan menjadi pemandangan yang mengganggu.

"Saat ini memang petugas di sini sedikit dan kita juga sedang proses pemisahan diri dari Museum Nasional, jadi ya seperti ini," ujar Eko. Saat ditanya tidak adanya tempat sampah, Eko mengatakan ke depannya akan dipikirkan.

Eko mengatakan, saat ini pengunjung memang berkurang karena faktor cuaca. "Di sini kan outdoor, jadi sehari cuma 20 pengunjung saja sudah bersyukur kalau di musim hujan begini," kata dia. Jika cuaca bagus, kata Eko, bisa sampai 50 pengunjung yang datang.

Meski pengunjungnya berkurang, daftar yang minta izin untuk menggunakan museum ini masih banyak. "Ini juga sudah ada FTV yang daftar untuk shooting di sini dan juga ada beberapa yang daftar untuk pembuatan klip video," ujarnya.

Eko mengungkapkan, saat ini pihak museum sedang mengupayakan pengajuan anggaran untuk memperbarui tempat bersejarah ini. Dia berharap pengunjung lebih nyaman dan museum ini menjadi salah satu destinasi wisatawan Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Massa Buruh Nyalakan 'Flare' dan Kibarkan Bendera di Monas

Massa Buruh Nyalakan "Flare" dan Kibarkan Bendera di Monas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com