"Saya berangkat ke Sorong dari Halim pukul 21.00 WIB. Mulai saat itu, nomor ponsel saya sudah tidak aktif. Selama saya berada dalam penerbangan itu, ada orang yang telah membuat SIM card palsu ke Grapari Telkomsel," kata pejabat di salah satu perusahaan Kelapa Sawit itu.
Menurut Tjho, berdasarkan laporan yang ia terima dari pihak Telkomsel, ada seseorang yang meminta pembuatan SIM card nomor ponsel miliknya di Grapari Telkomsel yang ada di Gambir, Jakarta Pusat, pada tanggal 28 Agustus, sekitar pukul 22.00.
"Ke Danamon Rp 195 juta, ke BTN dan BRI masing-masing Rp 25 juta," ujar Tjho.
Menurut Tjho, ia baru menyadari telah kehilangan uang di tabungannya saat telah berada di Sorong pada tanggal 29 Agustus sore.
Saat itu, ia menerima pesan via e-mail yang menyatakan bahwa ia telah melakukan transaksi pengiriman uang ke tiga rekening pada tanggal 29 Agustus dini hari, saat ia dalam penerbangan dari Jakarta ke Sorong. Transaksi dilakukan pada pukul 01.33, 01.37, 01.43, 01.47, 06.39, dan 11.15.
Tjho mengaku sudah meminta bantuan dari Bank Permata untuk melakukan investigasi. Namun, Bank Permata menyatakan bahwa proses pentransferan uang telah melalui proses yang valid dan otentik.
"Tapi setelah saya cek, alamat dari tiga pemilik rekening yang menerima uang saya fiktif. Setelah alamatnya didatangi, orangnya tidak ada. Saya menduga rekeningnya itu hanya rekening sementara yang dibuat khusus untuk menerima uang saya," kata Tjho.