Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masukkan Berbagai Usulan di RAPBD, Anggota Dewan Mengaku Serap Aspirasi Rakyat

Kompas.com - 03/03/2015, 16:20 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengacara DPRD DKI, Rasman Arif Nasution, mengaku bingung DPRD DKI disebut membuat anggaran siluman sebesar Rp 12,1 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) DKI 2015. Rasman pun menjelaskan proses penyusunan anggaran tersebut dari sudut pandang DPRD DKI.

"Jika wakil rakyat reses, dia menyerap aspirasi rakyat. Aspirasi itu disampaikan ke mitranya, yaitu eksekutif, melalui alat kelengkapan DPRD, yaitu komisi-komisi," ujar Rasman di Gedung DPRD DKI, Selasa (3/3/2015).

Rasman mengatakan, DPRD melakukan usulan sesuai dengan hasil reses mereka dan proses penyusunan APBD berjalan sesuai prosedur pada awalnya.

Ketika sidang paripurna pembahasan APBD lalu, kata Rasman, Gubernur Basuki bahkan menyampaikan apresiasi kepada DPRD DKI karena telah selesai melakukan pembahasan RAPBD 2015 dengan total Rp 73 triliun.

Rasman mengatakan, sampai sejauh itu, tidak ada yang salah dengan prosesnya. Kemudian, kata Rasman, barulah muncul istilah anggaran siluman yang keluar dari Basuki. Anggaran siluman sebesar Rp 12,1 triliun itu dimasukkan setelah pembahasan RAPBD.

Rasman menganggap hal inilah yang tidak masuk akal. "Bagaimana mungkin anggota Dewan susupkan anggaran Rp 12,1 triliun ke dalam pos-pos tertentu tanpa persetujuan sidang paripurna?" ujarnya.

Setelah sidang paripurna, kata dia, RAPBD sudah berada kembali di pihak eksekutif. Draf APBD tersebut siap diserahkan ke Kemendagri untuk dievaluasi. Rasman mengatakan, tidak ada celah bagi DPRD untuk memasukkan kembali anggaran ke dalam draf APBD, misalnya menitipkan anggaran kepada pos-pos tertentu. Terlebih lagi, koordinator panitia anggaran dari eksekutif adalah sekretaris daerah yang berwenang menghubungkan DPRD dengan eksekutif.

Rasman juga mengatakan bahwa anggaran siluman ada sebelum pembahasan paripurna. Anggaran tersebut boleh untuk tidak disepakati. Ahok sebagai Gubernur DKI berhak untuk tidak menandatangani draf tersebut.

Atas pertimbangan ini, kata Rasman, DPRD DKI tidak merasa keberatan dengan laporan Ahok ke KPK. Sebab, DPRD tidak merasa salah. Selain itu, Rasman juga berbicara mengenai konsep e-budgeting dan e-catalog yang digunakan Ahok.

Rasman menilai, DPRD DKI sangat mengapresiasi penggunaan konsep tersebut. Akan tetapi, penyusunan anggaran tetap harus mengacu kepada prosedur yang ada. Pada prosedur yang ada saat ini, penyusunan APBD harus disepakati oleh eksekutif dan legislatif.

Dia mengaku kecewa karena Ahok malah menuduh anggota Dewan melakukan korupsi pada dana Rp 12,1 triliun itu.

"Karena itu, DPRD DKI akan melakukan upaya hukum, yaitu melaporkan Saudara Ahok karena memalsukan, berbohong, dan memfitnah lembaga DPRD, pimpinan DPRD, dan anggota DPRD," ujar Rasman.

Untuk diketahui, dalam RAPBD 2015 versi DPRD yang diterima Kompas.com, Dewan mengusulkan berbagai pengadaan yang nilainya cukup besar.

Usulan-usulan itu juga sudah dibantah oleh eksekutif. Mereka merasa tidak mengajukan. Beberapa di antaranya adalah pengadaan buku trilogi Ahok dan pengadaan UPS di sekolah-sekolah dan kelurahan. [Baca: Kadisdik DKI Tegaskan Tak Tahu soal Buku Trilogi Ahok]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sesuai Namanya sebagai Seni Jalanan, Grafiti Selalu Ada di Tembok Publik

Sesuai Namanya sebagai Seni Jalanan, Grafiti Selalu Ada di Tembok Publik

Megapolitan
Panik Saat Kebakaran di Revo Town Bekasi, Satu Orang Lompat dari Lantai Dua

Panik Saat Kebakaran di Revo Town Bekasi, Satu Orang Lompat dari Lantai Dua

Megapolitan
4 Lantai Revo Town Bekasi Hangus Terbakar

4 Lantai Revo Town Bekasi Hangus Terbakar

Megapolitan
Revo Town Bekasi Kebakaran, Api Berasal dari Kompor Portabel Rumah Makan

Revo Town Bekasi Kebakaran, Api Berasal dari Kompor Portabel Rumah Makan

Megapolitan
Jalan Jenderal Sudirman Depan GBK Steril Jelang Jakarta Marathon

Jalan Jenderal Sudirman Depan GBK Steril Jelang Jakarta Marathon

Megapolitan
Rusunawa Marunda Dijarah, Ahok: Ini Mengulangi Kejadian Dulu

Rusunawa Marunda Dijarah, Ahok: Ini Mengulangi Kejadian Dulu

Megapolitan
Ahok Sudah Berubah, Masih Membara, tapi Sulit Maju di Pilkada Jakarta

Ahok Sudah Berubah, Masih Membara, tapi Sulit Maju di Pilkada Jakarta

Megapolitan
Ditanya Soal Kaesang Bakal Maju Pilkada Jakarta, Ahok: Enggak Ada Etika Saya Nilai Seseorang

Ditanya Soal Kaesang Bakal Maju Pilkada Jakarta, Ahok: Enggak Ada Etika Saya Nilai Seseorang

Megapolitan
Bukan Lagi Ibu Kota, Jakarta Diharapkan Bisa Terus Lestarikan Destinasi Pariwisata

Bukan Lagi Ibu Kota, Jakarta Diharapkan Bisa Terus Lestarikan Destinasi Pariwisata

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 23 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 23 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam Cerah Berawan

Megapolitan
Ada Jakarta Marathon, Sepanjang Ruas Jalan Jenderal Sudirman Ditutup hingga Pukul 12.00 WIB

Ada Jakarta Marathon, Sepanjang Ruas Jalan Jenderal Sudirman Ditutup hingga Pukul 12.00 WIB

Megapolitan
Ahok Sentil Kualitas ASN: Kalau Bapaknya Enggak Beres, Anaknya 'Ngikut'

Ahok Sentil Kualitas ASN: Kalau Bapaknya Enggak Beres, Anaknya "Ngikut"

Megapolitan
Perayaan HUT Jakarta di Monas Bak Magnet Bagi Ribuan Warga

Perayaan HUT Jakarta di Monas Bak Magnet Bagi Ribuan Warga

Megapolitan
Ada Kebakaran di Revo Town, Stasiun LRT Bekasi Barat Tetap Layani Penumpang

Ada Kebakaran di Revo Town, Stasiun LRT Bekasi Barat Tetap Layani Penumpang

Megapolitan
HUT Jakarta, Warga Asyik Goyang Diiringi Orkes Dangdut di Monas

HUT Jakarta, Warga Asyik Goyang Diiringi Orkes Dangdut di Monas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com