"Saya punya anak kecil, jadi terganggu kalau tinggal di pengungsian. Di sana juga bau air genangan, jadinya kasian sama anak," kata Yuli sambil membersihkan bekas rumah kontrakannya yang sudah menjadi puing-puing itu.
Yuli berencana menutup atap rumah kontrakannya dengan tenda. Kemudian, dia dan keluarganya akan menggunakan tempat itu sebagai tempat tinggal sementara.
Berbeda dengan Yuli, Itun (61), sudah sejak kemarin kembali ke rumahnya, walaupun belum diperbaiki. Dia mengaku tidak betah tinggal di pengungsian bersama warga lainnya.
"Beli tenda sendiri dipasang tenda atapnya. Kalau tinggal di pengungsian tidak betah, berisik, banyak anak-anak," ujarnya.
Walaupun sisa asap dan abu masih terasa, Itun mengaku tidak masalah. "Daripada harus tinggal di pengungsian, enggak apa-apalah walau masih bau abu," ucapnya pasrah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.