Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akui Salah soal Penyertaan Modal, Anggota DPRD Sebut "E-Budgeting Ecek-ecek"

Kompas.com - 17/03/2015, 16:31 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota badan anggaran DPRD DKI Prabowo Soenirman mengakui bahwa DPRD DKI salah dalam memahami hasil evaluasi RAPBD yang dikembalikan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Padahal, sebelumnya Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi sudah mengatakan bahwa ada anggaran siluman dalam dokumen APBD versi Pemerintah Provinsi DKI.

"Salah pengertian. Kita salah pengertian. Jadi yang lima PMP (penyertaan modal pemerintah) itu sudah diberikan tahun 2014. Dievaluasi Kemendagri, kok mereka enggak berikan laba yang bagus. Jadi dievaluasi. Saya katakan itu salah. Kan biasa salah pengertian itu," ujar Prabowo di gedung DPRD DKI, Selasa (17/3/2015).

Meskipun demikian,  Prabowo tetap mengatakan bahwa dokumen APBD versi Pemprov tetap memiliki banyak kesalahan. Buktinya, Kemendagri memberikan koreksi di beberapa hal. Hal ini, kata Prabowo, begitu berlawanan dengan sistem e-budgeting yang dibilang mampu mendeteksi anggaran yang tidak tepat.

"Ya kalau banyak yang dilarang juga artinya mereka tidak bagus juga dalam e-budgeting yang katanya canggih. Ternyata ecek-ecek juga saya bilang. Buktinya ada anggaran dobel mereka ga bisa deteksi kan," ujar Prabowo.

Prabowo pun menjamin bahwa DPRD DKI tidak akan membahas soal penyertaan modal lima perusahaan BUMD yang sebelumnya dipersoalkan. Kemarin, DPRD DKI menemukan beberapa item yang tidak ada dalam pembahasan dengan DPRD.

Item yang dimaksud ialah penyertaan modal Pemprov DKI kepada beberapa perusahaan-perusahaan BUMD. Seperti PD Dharma Jaya yang mendapat modal sekitar Rp 51 miliar, PT Ratax Armada sebesar Rp 5,5 miliar, PT Cemani Kota sebesar Rp 112 miliar, PT Grahasari Surya Jaya sebesar Rp 48 miliar, dan PT RS. Haji Jakarta sebesar Rp 100 miliar.

Dalam hasil evaluasi tersebut, kelima perusahaan tersebut memang ditandai tidak menunjukan kinerja yang memadai. Kemendagri memberikan catatan bahwa kelimanya tidak memberikan bagian laba atas penyertaan modal tersebut kepada Pemprov DKI. Bahkan, Kemendagri menuliskan Pemprov DKI bisa melakukan upaya hukum atas penyertaan modal tersebut.

Atas temuan ini, Ketua DPRD DKI Prasetio mengatakan temuan ini juga dapat disebut anggaran siluman. Pasalnya, perusahaan BUMD yang mendapat penyertaan modal pemerintah (PMP) hanya tiga, yaitu PT MRT, Transjakarta, dan Bank DKI. DPRD justru menemukan lima perusahaan ini dalam APBD versi Pemprov DKI.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun mengklarifikasi hal itu. Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Heru Budi Hartono menjelaskan angka-angka yang disebutkan Prasetio merupakan nilai ekuitas (kekayaan) yang dimiliki lima BUMD itu, bukan PMP yang akan diberikan Pemprov DKI.

"Itu nilai ekuitas perusahaan mereka secara keseluruhan dan bukan secara keseluruhan (saham) punya kami (DKI)," kata Heru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Megapolitan
Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan 'Study Tour'

Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan "Study Tour"

Megapolitan
Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com