Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/03/2015, 19:36 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama mendukung tim angket untuk tetap meneruskan proses angket yang sedang berjalan. Meskipun menurut Basuki, proses angket sudah berjalan keluar dari konteks sebelumnya.

Awalnya angket dibentuk untuk menyelidiki kesalahan Pemprov DKI, dalam hal ini Gubernur Basuki mengirim dokumen rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (RAPBD) yang disebut palsu ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). 

"Saya juga bilang, jangan berhentiin angket, biar seru ketahuan angketnya apa. Tambah lucu angketnya angket apa," kata Ahok di Balai Kota, Rabu (25/3/2015). 

Setelah memanggil Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) DKI dan konsultan e-budgeting, tim angket sempat memanggil Deputi Gubernur bidang Pariwisata dan Kebudayaan DKI Sylviana Murni serta Ketua Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) DKI Sarwo Handayani.

Pemanggilan dua pejabat publik itu untuk menyelidiki keterlibatan istri Basuki, Veronica Tan dan adik Ahok, Harry Basuki dalam rapat revitalisasi Kota Tua.

Tim angket ingin menyelidiki mengapa kedua anggota keluarga Ahok duduk di kursi pimpinan. Sehingga ditengarai revitalisasi Kota Tua merupakan proyek nepotisme.

Selain menyelidiki rapat revitalisasi Kota Tua, belakangan ini, tim angket justru menyelidiki norma dan etika Ahok sebagai Gubernur DKI.

"Kemarin juga hampir angket periksa bini saya duduk di kursi saya, kayaknya banyak wartawan duduk di kursi saya, istri saya saja enggak pernah duduk di kursi kerja saya lho. Ada kan orang foto duduk di kursi gubernur, istri saya enggak pernah duduk di kursi gubernur lho, tolong diangketin juga deh tuh yang pernah duduk di kursi kerja saya," kata dia. 

Sementara itu, atas tudingan pengiriman dokumen RAPBD palsu ke Kemendagri, Ahok mengimbau tim angket menggugatnya ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Kata dia, Tim angket, seharusnya juga menggugat Mendagri Tjahjo Kumolo.

Sebab, Kemendagri mengevaluasi dokumen RAPBD yang diajukan Pemprov DKI. Penolakan DPRD untuk menerbitkan Perda APBD 2015 pun ditengarai Ahok bermuatan politis.

"Kemarin (penerbitan Perda APBD 2015) itu bukan putusan politik lagi, tetapi putusan administrasi karena (RAPBD) sudah diparipurna pengesahan. Administrasi itu cuma Ketua (DPRD) yang tandatangan tetapi dia buat bias jadi putusan politik, karena atas persetujuan semua ketua fraksi, itu sudah menyalahkan sebetulnya. Makanya baguslah mereka undang pakar ahli tata negara hukum, upload saja videonya ke Youtube biar orang-orang bisa lihat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Megapolitan
Expander 'Nyemplung' ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Expander "Nyemplung" ke Selokan di Kelapa Gading, Pengemudinya Salah Injak Gas

Megapolitan
Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Buntut Bayar Makan Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Seorang Pria Ditangkap Polisi

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Cegah Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke, Kini Petugas Patroli Setiap Malam

Megapolitan
Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Satu Rumah Warga di Bondongan Bogor Ambruk akibat Longsor

Megapolitan
Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017, Bukti Tradisi Kekerasan Sulit Dihilangkan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 6 Mei 2024 dan Besok: Pagi Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com