Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Digusur Jelang Ramadhan, Pedagang Mudik Lebih Awal

Kompas.com - 11/06/2015, 11:17 WIB
Aldo Fenalosa

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pedagang di kawasan Jalan Raya Pasar Minggu yang digusur pagi ini memilih pulang kampung lebih cepat. Setelah kiosnya diratakan dengan tanah, mereka tak memiliki tempat tinggal.

"Saya udah 45 tahun berjualan rotan di kios ini. Kios ini juga jadi tempat tinggal saya dan keluarga. Dulu pertama kali kios yang punya paman, paman ngajak ikut jualan rotan, sekarang saya gantiin paman," kata Ari (54), yang tinggal bertiga di kios itu bersama anak dan cucunya, Kamis (11/6/2015).

Meski sudah puluhan tahun tinggal di kios yang terletak persis di pinggir Jalan Raya Pasar Minggu itu, Ari sadar kiosnya dan 74 kios lainnya, berdiri di atas lahan milik pemerintah. Ia juga sudah mengetahui sewaktu-waktu kiosnya akan dibongkar.

"Udah kebayang kayak gini, dari dulu udah sering dengar isu penggusuran, tapi enggak kejadian. Baru sekarang kejadiannya."

"Sedih juga sih udah lama di sini. Udah banyak yang langganan rotan kemari," ujar Ari sembari membereskan beberapa barang yang masih tertinggal di kios itu sebelum dirubuhkan petugas.

Ari mengaku belum mendapatkan tempat pengganti kios berukuran 2x4 meter persegi yang digusur itu. Untuk sementara, ia akan pulang kampung ke Cirebon ke tempat keluarga besarnya. Rencananya, setelah Lebaran, Ari akan kembali lagi ke Jakarta mencari tempat baru untuk dagangannya.

Senasib dengan Ari, Totok, seorang penjahit yang juga berkios di sana, mengeluhkan jadwal penggusuran yang berdekatan dengan momen bulan puasa. Sebab, ia kewalahan mencari tempat pindah karena harus menyelesaian sejumlah pesenan jahitan dari pelanggannya.

"Saya terima digusur tapi waktunya aja enggak pas, kenapa menjelang Ramadhan. Ini kita juga kan susah jadinya, pesenan pelanggan udah keburu diambil tapi belum beres harus pindah. Terpaksa harus nganter-nganter langsung ke pelanggan nanti," keluh Totok yang sudah menghuni kios jahitnya sejak tahun 80an.

Ia mengaku kios itu diwariskan oleh ayahnya yang juga bekerja sebagai penjahit di kios berukuran 2x2 meter persegi itu.

Pantauan Kompas.com, sejumlah kios seperti kios fotocopy, alat-alat olahraga, jasa servis AC, jasa servis mesin tik, dan sparepart sepeda motor sudah banyak yang dikosongkan pemiliknya.

Petugas PLN yang ikut turun dalam operasi penggusuran itu juga telah mencabut arus listrik yang ada di dalam masing-masing kios. Satu unit alat berat ekskavator dikerahkan Satpol PP Jakarta Selatan untuk merobohkan bangunan-bangunan tersebut sejak pukul 08.00.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com