Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perangi "Bullying" di Luar Sekolah

Kompas.com - 27/07/2015, 13:05 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB) di SMA Negeri 70 dan SMA Negeri 6, Jakarta Selatan tidak lagi dipanitiai oleh siswa, tetapi sudah diambil alih guru. Alasannya yakni untuk mencegah perundungan (bullying) kakak kelas kepada para siswa baru.

Namun, karena aturan tersebut, perundungan justru berpotensi timbul di luar lingkungan sekolah. Oleh karena itu, para guru tidak menutup mata dengan kenyataan itu. Mereka pun melakukan berbagai upaya untuk mencegah perundungan itu kembali terjadi.

Langkah yang dilakukan SMAN 70 misalnya, dengan meniadakan tugas kelompok bagi para siswa baru selama masa orientasi berlangsung. Sebab, pelajaran dari tahun sebelumnya, hal itu meningkatkan potensi terjadinya perundungan.

"Tahun ini kami hilangkan tugas kelompok karena itu membuat siswa kumpul-kumpul habis MOPDB, kemudian berpotensi terjadi hal-hal semacam itu (perundungan)," kata Zaitun Airani, guru SMAN 70, Senin (27/7/2015).

Diketahui, tahun lalu, seusai kegiatan MOPB, sejumlah siswa baru SMAN 70 menjadi korban perundungan kakak kelasnya di luar lingkungan sekolah. Insiden itu mengakibatkan 13 siswa kelas XII dikeluarkan dari sekolah.

Selain itu, untuk memastikan para siswa langsung pulang setelah MOPDB, guru juga mewajibkan kepada orangtua untuk mengantar dan menjemput siswanya. Kewajiban itu berlaku tiga hari dari Senin hingga Rabu (29/7/2015) mendatang.

"Orangtua perlu berkorban lah selama tiga hari ini, mengantar jemput anaknya. Kalau memang tidak bisa, diwakili saudara atau tetangganya juga bisa, yang pasti harus diantar jemput, supaya langsung pulang," kata Zaitun.

Tak hanya itu, sekolah juga membedakan jadwal istirahat para siswa baru dengan seniornya untuk memperkecil kemungkinan pertemuan keduanya. Tujuannya supaya tidak terjadi sesuatu yang memancing perundungan.

Sekolah juga mengimbau para siswa baru untuk menitipkan ponselnya selama mengikuti MOPDB dan mengambilnya saat akan pulang. Sebab, ancaman dan ajakan berkumpul seusai sekolah juga kerap disampaikan melalui ponsel.

Sementara itu, langkah SMAN 6 untuk memerangi perundungan di luar sekolah yakni menjalin kerja sama dengan aparat yang berwajib, yakni kepolisian. Sebab, kewajiban guru mengawasi selama di sekolah. Jika sudah di luar sekolah maka pihak sekolah membutuhkan bantuan pihak berwajib.

"Sudah dari dulu kami koordinasi dengan kepolisian, baik itu Polsek, Polres, Polda, semuanya demi mencegah ada tawuran atau kekerasan apapun di luar sekolah," kata Wakepsek Bagian Kesiswaan SMAN 6 Jakarta, Suwartono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com