Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Pastikan Terus Kembangkan Kasus Pengadaan UPS

Kompas.com - 19/08/2015, 07:05 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepolisian RI memastikan masih terus melakukan pengembangan kasus dugaan korupsi pengadaan UPS di sejumlah SMA di DKI Jakarta. Juru Bicara Direktorat Tipikor Bareskrim Polri Kombes Adi Deriyan membantah bahwa pengusutan kasus itu berhenti. Polisi masih terus melakukan pengembangan atas kemungkinan adanya tersangka baru, meski berkas dua tersangka sudah dilimpahkan ke kejaksaan.

"Dalam hal ini, penyidik punya pertimbangan mendahulukan berkas dua tersangka awal ke kejaksaan. Itu bukan berarti mandek atau tak ada lagi pengembangan. Ada alasan-alasan kenapa itu kita lakukan, mohon maaf kami belum bisa menyampaikannya. Tapi ini demi kepentingan penuntasan penyidikan perkara itu sendiri," ujar Adi, Selasa (18/8/2015).

Dalam kasus ini, Polri telah menetapkan dua orang sebagai tersangka yaitu pejabat pembuat komitmen Alex Usman, dan PPK pengadaan UPS di sekolah-sekolah di Jakarta Pusat Zaenal Sulaeman.

Mengenai tindak lanjut audit Badan Pemeriksa Keuangan terkait pengadaan UPS, Adi mengaku belum mendapatkan salinan resminya. Namun, kata dia, polisi menggunakan data audit BPK dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Berdasarkan salinan audit BPK yang diterima Kompas.com, Selasa kemarin, ada proses yang tak sesuai prosedur dalam pengadaan UPS. Pada salah satu bagian, BPK menyebutkan bahwa proses lelang pengadaan UPS di kedua Sudin Dikmen DKI Jakarta terindikasi mengarah ke produk tertentu, dan ada indikasi mark up harga.

Ketika ditanya apakah akan menindaklanjuti audit BPK itu, Adi mengatakan, penyidik pasti akan memepertimbangkannya.

"Sebenarnya, petunjuk apa pun soal adanya tindak pidana korupsi harus kita pegang. Tapi, kami yakin hasil audit BPK dan BPKP tak jauh berbeda karena lembaga itu kan sinergis juga," ujar Adi.

Secara terpisah, Koordinator Investigasi Indonesia Corruption Watch (ICW) Febri Hendri mengatakan, audit BPK seharusnya menjadi petunjuk polisi untuk menetapkan tersangka baru. Menurut dia, hasil audit BPK menyatakan pengadaan UPS adalah hasil rapat internal Komisi E DPRD dan hanya ditandatangani pimpinan Komisi E.

"Seharusnya, temuan itu bisa jadi petunjuk bagi Bareskrim untuk menjerat pimpinan Komisi E DPRD DKI periode saat itu. Di temuan itu kan sudah dinyatakan tanda tangannya dari mereka," kata Febri, Selasa.

Penyidik Direktorat Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Badan Rerserse Kriminal (Bareskrim) Polri tengah mengusut perkara dugaan korupsi di dalam pengadaan paket uninterruptible power supply (UPS) untuk 25 SMA/SMK di Jakarta Barat.

Kasus ini pertama kali ditangani  penyidik dari Direktorat Kriminal Khusus Polda Metro Jaya. Kemudian, penanganannya diambil alih Bareskrim Polri pada Maret 2015. Alasannya, untuk menjaga keharmonisan antara Polda Metro Jaya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta yang tergabung di Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).

Saat awal penanganan kasus ini, Polda menduga ada keterlibatan anggota DPRD.

"Pasti melibatkan anggota Dewan," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul, Senin (16/3/2015).

Sementara itu, Kepala Bareskrim Polri Komjen Budi Waseso mengungkapkan, ada dugaan pihak eksekutif, legislatif, dan swasta punya andil dalam kasus ini. Polisi telah memeriksa puluhan pejabat Pemprov DKI Jakarta dan pihak swasta. Polisi juga memeriksa sejumlah Anggota DPRD DKI Jakarta, antara lain Firmansyah, Abraham 'Lulung' Lunggana dan Fahmi Zulfikar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Megapolitan
Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com