Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Penumpang KRL Terbiasa Swalayan...

Kompas.com - 20/09/2015, 09:41 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Berusaha membiasakan penumpang melayani dirinya sendiri (swalayan). Hal itulah yang saat ini sedang diusahakan oleh PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ). Mereka ingin penumpang kereta rel listrik (KRL) Commuter Line bisa membeli tiket dan menentukan perjalanannya sendiri tanpa lagi harus tergantung pada petugas loket.

Cara yang dilakukan adalah dengan memasang vending machine di stasiun. Dengan alat ini, nantinya penumpang bisa mengisi ulang saldo, membeli, ataupun mengembalikan tiket tanpa harus ke loket.

"Penumpang harus mulai dibiasakan bertransaksi sendiri menggunakan teknologi. Supaya modern, supaya tidak bolak-balik ke loket terus," ujar Direktur Utama PT KCJ Muhammad Nurul Fadilla saat acara peluncuran vending machine di Stasiun Juanda, Jumat (18/9/2015).

Penggunaan vending machine dalam layanan transportasi perkotaan sejatinya adalah hal yang lumrah dan telah banyak dilakukan di negara-negara tetangga. Meski demikian, hal ini belum terjadi di negara kita sendiri.

Akibatnya, antrean panjang calon penumpang di depan loket menjadi sesuatu yang masih sering kita temui sampai saat ini. Padahal, antrean panjang merupakan hal yang paling dihindari oleh masyarakat dengan tingkat mobilitas tinggi seperti yang ada di Jakarta.

"Kata orang, jadi orang kota itu jangan ribet di urusan antrean, karena mobilitas kita harus tinggi. Harus cepat. Jangan waktu habis hanya untuk ngantri," ujar Fadilla.

Tidak semua stasiun

Jumlah vending machine yang dibeli oleh PT KCJ untuk pengadaan tahun ini ada sekitar 50 unit. Alat seharga Rp Rp 350 Juta per unit itu ditargetkan sudah bisa dioperasikan paling lambat pada akhir tahun.

Meski demikian, ke-50 unit alat tersebut tidak akan disebar di 50 stasiun. Menurut Fadilla, penempatan vending machine akan disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk tahap awal, alat ini direncanakan hanya akan dipasang di stasiun-stasiun dengan volume penumpang yang tinggi. Hal itu merupakan salah satu cara untuk mengurai antrean penumpang, terutama pada saat jam-jam sibuk.

"Seperti di Bogor, Depok, Serpong, Bekasi, Tanah Abang, Manggarai, Kota. Nanti di tiap stasiun ada yang dua, ada yang tiga. Kalau di Manggarai mungkin bisa sampai enam. Kalau untuk stasiun yang penumpangnya sedikit, seperti di Tigaraksa, mungkin kita tiadakan dulu," papar Fadilla.

Mantan Dirut PT Railink ini mengatakan bahwa vending machine dapat digunakan untuk berbagai jenis kartu yang dikeluarkan oleh PT KCJ, mulai dari kartu multitrip (KMT) hingga tiket harian berjaminan (THB). Meski demikian, alat ini hanya bisa menerima mata uang kertas pecahan Rp 20.000, Rp 10.000, Rp 5.000, Rp 2.000, dan Rp 1.000.

"Kenapa Rp 50.000 dan Rp 100.000 tidak bisa? Supaya alatnya ini tidak dijadikan tempat untuk penukaran uang. Kalau naik KRL ini kan transaksinya paling banyak Rp 20.000," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Megapolitan
Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com