Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Offroader" Turun Tangan, Menembus Pelosok Bopong Hewan Kurban

Kompas.com - 22/09/2015, 11:10 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis

KOMPAS.com – Ada yang berbeda dengan perayaan Idul Adha di Kampung Gombonglegak, Sukawangi, Sukamakmur, Bogor. Untuk pertama kalinya warga kampung di bawah bukit terpencil itu melihat hewan kurban.

Tahun lalu, masing-masing warga di kampung-kampung kecil Desa Sukawangi memang berkesempatan mencicipi sekantong daging kurban. Sebelumnya, tak pernah ada warga yang mampu berkurban di sini. Maklum, kebanyakan warga adalah kaum duafa.

Tak hanya itu. Karena terletak di antara bukit-bukit, akses menuju desa sulit dilalui kendaraan biasa. Fasilitas kendaraan umum pun minim.

"Anak-anak di sini kalau mau berangkat sekolah harus jalan kaki sekitar 10 kilometer," ucap Jejen, Ketua RT Kampung Gombonglegak.

Karena alasan itu, distribusi hewan kurban belum pernah bisa menjamah daerah ini. Wajar, sorak warga menggema menyambut kedatangan satu sapi jenis limosin berbobot setengah ton dan seekor domba.

"Sebelum terjun ke lokasi, tim panitia harus mencari jalan alternatif melalui bukit, lembah, hutan, dan jalanan berbatu dengan motor adventure. Baru akhirnya bisa sampai di lokasi," tutur Ade Aghaz, pengurus Komunitas Offroad Indonesia Ride Adventure yang merupakan salah satu panitia distribusi kurban.

Tak merata

Saat ini distribusi kurban memang belum merata hingga ke pelosok daerah. Banyak kantong-kantong kemiskinan justru tidak mendapat jatah kurban. Kebanyakan hewan kurban masih tersentralisasi di daerah perkotaan. (Baca: Ketika Daging Kurban Hanya Menumpuk di Perkotaan...).

"Praktik yang terjadi adalah pendekatan distribusi klasikal sehingga cenderung tidak merata. Padahal dalam penyaluran hewan kurban juga terkait dengan peta kemiskinan yang terus berubah secara geografis di Indonesia. Seperti daerah pedalaman, padat penduduk, kumuh, dan kantong-kantong kemiskinan," ujar Nanang Q El-Ghazal, Direktur Lazismu.

Secara nasional, pada 2014, BPS mencatat ada sebanyak 27,73 juta penduduk miskin di Indonesia. Angka ini mencapai 10,96 persen dari jumlah total penduduk. Sementara itu, jumlah partisipasi kurban di Indonesia saat ini, menurut Forum Zakat, tak lebih dari 10 juta orang saja.

Didasari pemikiran tersebut, lembaga filantropi Lazismu merancang program "Kurban Pak Kumis", sebuah program penghimpunan dan penyaluran kurban. Fokus program ini adalah membantu mendistribusikan hewan kurban kepada kaum duafa yang tinggal di daerah sulit dijangkau. Nama Pak Kumis, menurut Nanang, sengaja dipilih agar lebih mudah diingat masyarakat.

Partisipasi komunitas

Dalam pelaksanaannya, Kurban Pak Kumis memang melibatkan beragam komunitas untuk turun ke daerah-daerah pelosok sebagai relawan. Mereka biasanya berasal dari komunitas pelajar, mahasiswa, pemuda, komunitas hobi, profesional, bahkan kelompok pengajian.

Namun begitu, komunitas yang ingin berpartisipasi harus mengikuti tahapan seleksi terbuka. Komunitas yang ingin mengikuti program juga harus menyerahkan proposal.

Di dalam proposal itu harus dijelaskan secara lengkap tentang profil komunitas, anggota, keadaan demografis, dan geografis dari lokasi yang jadi sasaran mereka, jumlah penerima kurban, juga rancangan pelaksanaan program.

Nanang berharap, tahun ini, Kurban Pak Kumis bisa kembali menyelenggarakan kurban bersama ke pelosok-pelosok negeri.

"Tahun ini, kurban serempak akan dilaksanakan di 500 musala bersama 500 komunitas atau sekitar 10 ribu relawan," ujar Nanang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ladang Uang di Persimpangan Cakung-Cilincing, Dinikmati 'Pak Ogah' Hingga Oknum Polisi

Ladang Uang di Persimpangan Cakung-Cilincing, Dinikmati "Pak Ogah" Hingga Oknum Polisi

Megapolitan
Jelang Pilkada, Bawaslu Kota Bogor Imbau ASN Jaga Netralitas

Jelang Pilkada, Bawaslu Kota Bogor Imbau ASN Jaga Netralitas

Megapolitan
Ada Donasi Palsu Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana, Keluarga: Kayaknya Orang 'Random'

Ada Donasi Palsu Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana, Keluarga: Kayaknya Orang "Random"

Megapolitan
Serba-serbi Penertiban Jukir Minimarket, Ada yang Mengaku Ojol hingga Pakai Seragam Dishub

Serba-serbi Penertiban Jukir Minimarket, Ada yang Mengaku Ojol hingga Pakai Seragam Dishub

Megapolitan
Dharma Pongrekun Melaju, Sudirman Said hingga Poempida Batal Ikut Pilkada DKI Jalur Independen

Dharma Pongrekun Melaju, Sudirman Said hingga Poempida Batal Ikut Pilkada DKI Jalur Independen

Megapolitan
Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Masuk STIP Tak Ditutup demi Perjuangkan Cita-cita Anak

Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Masuk STIP Tak Ditutup demi Perjuangkan Cita-cita Anak

Megapolitan
Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Disebut Tembus Rp 11 Juta

Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Disebut Tembus Rp 11 Juta

Megapolitan
Para Jukir Lansia Minimarket Itu Diputus Rezekinya...

Para Jukir Lansia Minimarket Itu Diputus Rezekinya...

Megapolitan
Penerimaan Mahasiswa STIP Dimoratorium, Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Dilanjutkan

Penerimaan Mahasiswa STIP Dimoratorium, Orangtua Calon Taruna Minta Seleksi Dilanjutkan

Megapolitan
Muncul Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Pelajar SMK Lingga Kencana

Muncul Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan Pelajar SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Seleksi Mahasiswa Baru STIP Ditunda, Calon Taruna: Jangan Sampai Pak Menteri Hancurkan Mimpi Kami

Seleksi Mahasiswa Baru STIP Ditunda, Calon Taruna: Jangan Sampai Pak Menteri Hancurkan Mimpi Kami

Megapolitan
Orangtua Calon Taruna Minta Kemenhub Tinjau Ulang Moratorium Seleksi Mahasiswa Baru

Orangtua Calon Taruna Minta Kemenhub Tinjau Ulang Moratorium Seleksi Mahasiswa Baru

Megapolitan
436 Mahasiswa Baru Terancam Gagal Masuk STIP Imbas Kasus Penganiayaan Taruna hingga Tewas

436 Mahasiswa Baru Terancam Gagal Masuk STIP Imbas Kasus Penganiayaan Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
“Kalau Belum Punya Istri dan Anak, Saya Juga Enggak Mau Jadi Jukir Liar Minimarket”

“Kalau Belum Punya Istri dan Anak, Saya Juga Enggak Mau Jadi Jukir Liar Minimarket”

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com