Hamparan sampah masih terlihat di permukaan kali yang berada di depan Pasar Family Mart, Tanah Apit, Pejuang, Medan Satria, Kota Bekasi, Jawa Barat. Ketebalan sampah yang menumpuk, bahkan terlihat bagai tanah solid yang bisa diinjak.
"Dari dulu sudah seperti itu. Enggak pernah ada yang angkut atau keruk sampah dan lumpurnya," kata Didi (34), seorang warga yang ditemui Kompas.com di kawasan tersebut, Jumat (25/9/2015).
Kondisi tersebut dirasakan Didi sejak dia menetap di bangunan semi permanen miliknya, tepat di salah satu ujung jembatan yang berada di atas kali tersebut, sejak 2007. Menurut dia, satu-satunya yang berubah dari kali yang memiliki lebar sekitar 8 meter itu hanyalah turap (sheetpile) pada kedua sisinya.
Beberapa rumput ilalang yang ikut tumbuh di antara sampah, merupakan konten lama yang menghiasi Kali Kapuk. "Kalau turapnya, paling sekitar setahun terakhir dipasang. Itu juga ngga semua, masih banyak yang belum dipasang," ujarnya.
Warga yang tinggal di wilayah Pejuang lainnya, Switta (44), menyesalkan tidak adanya inisiatif dari pemerintah untuk memberikan Kali yang kerap menyebabkan banjir tersebut. Ibu tiga anak tersebut mengaku, setiap musim hujan, banjir kerap menggenangi kawasan yang dilintasi air Kali Kapuk. "Kalau sudah banjir, parah sekali, Mas. Sudah langganan itu," ucapnya.
Selain itu, kata Switta, di bawah jembatan yang melintasi Kali Kapuk, sempat direhab dan ditambahkan gorong-gorong. Namun, hal tersebut tidak mengubah keadaan menjadi lebih baik.
"Sejak ada gorong-gorong, agak mendingan. Tapi, tidak lebih baik. Karena itu cuma bikin alirannya lancar doang. Tapi material sampah tetap ada," kata wanita berhijab tersebut.
Karya (37), seorang petugas parkir di pasar Family Mart, tidak heran dengan kondisi Kali Kapuk yang memprihatinkan. Warga lokal yang mengaku sudah tinggal di sana sejak tahun 1985, mengatakan, kali tersebut memang kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Dia berharap jika Pemerintah dapat merealisasikan normalisasi kali seperti yang kerap didengungkan sebelumnya.
"Katanya sih ada normalisasi. Tapi, cuma sebatas pasang turap aja. Kalinya enggak dikeruk, sampahnya masih numpuk," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.