Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Kali Kapuk Bekasi yang Penuh Sampah dan Ilalang

Kompas.com - 25/09/2015, 15:03 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis

BEKASI, KOMPAS.com - Pemprov DK Jakarta sedang giat-giatnya membersihan kali-kali yang berada di wilayahnya. Namun, pemandangan berbeda untuk kali di kawasan Bekasi, seperti di Kali Kapuk.

Hamparan sampah masih terlihat di permukaan kali yang berada di depan Pasar Family Mart, Tanah Apit, Pejuang, Medan Satria, Kota Bekasi, Jawa Barat.  Ketebalan sampah yang menumpuk, bahkan terlihat bagai tanah solid yang bisa diinjak.

"Dari dulu sudah seperti itu. Enggak pernah ada yang angkut atau keruk sampah dan lumpurnya," kata Didi (34), seorang warga yang ditemui Kompas.com di kawasan tersebut, Jumat (25/9/2015).

Kondisi tersebut dirasakan Didi sejak dia menetap di bangunan semi permanen miliknya, tepat di salah satu ujung jembatan yang berada di atas kali tersebut, sejak 2007. Menurut dia, satu-satunya yang berubah dari kali yang memiliki lebar sekitar 8 meter itu hanyalah turap (sheetpile) pada kedua sisinya.

Beberapa rumput ilalang yang ikut tumbuh di antara sampah, merupakan konten lama yang menghiasi Kali Kapuk. "Kalau turapnya, paling sekitar setahun terakhir dipasang. Itu juga ngga semua, masih banyak yang belum dipasang," ujarnya.

Warga yang tinggal di wilayah Pejuang lainnya, Switta (44), menyesalkan tidak adanya inisiatif dari pemerintah untuk memberikan Kali yang kerap menyebabkan banjir tersebut. Ibu tiga anak tersebut mengaku, setiap musim hujan, banjir kerap menggenangi kawasan yang dilintasi air Kali Kapuk. "Kalau sudah banjir, parah sekali, Mas. Sudah langganan itu," ucapnya.

Selain itu, kata Switta, di bawah jembatan yang melintasi Kali Kapuk, sempat direhab dan ditambahkan gorong-gorong. Namun, hal tersebut tidak mengubah keadaan menjadi lebih baik.

"Sejak ada gorong-gorong, agak mendingan. Tapi, tidak lebih baik. Karena itu cuma bikin alirannya lancar doang. Tapi material sampah tetap ada," kata wanita berhijab tersebut.

Karya (37), seorang petugas parkir di pasar Family Mart, tidak heran dengan kondisi Kali Kapuk yang memprihatinkan. Warga lokal yang mengaku sudah tinggal di sana sejak tahun 1985, mengatakan, kali tersebut memang kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

Dia berharap jika Pemerintah dapat merealisasikan normalisasi kali seperti yang kerap didengungkan sebelumnya.

"Katanya sih ada normalisasi. Tapi, cuma sebatas pasang turap aja. Kalinya enggak dikeruk, sampahnya masih numpuk," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Motor Melintas Harus Bayar Rp 5.000, Warga Keluhkan Dugaan Pungli di Samping Kalijodo

Motor Melintas Harus Bayar Rp 5.000, Warga Keluhkan Dugaan Pungli di Samping Kalijodo

Megapolitan
Virgoun: Saya Mohon Maaf Atas Tindakan Saya dalam Penyalahgunaan Narkoba...

Virgoun: Saya Mohon Maaf Atas Tindakan Saya dalam Penyalahgunaan Narkoba...

Megapolitan
Pengelola Revo Mall dan Polisi Akan Investigasi Penyebab Kebakaran yang Hanguskan 4 Lantai

Pengelola Revo Mall dan Polisi Akan Investigasi Penyebab Kebakaran yang Hanguskan 4 Lantai

Megapolitan
1.141 Kios dan Los Siap Tampung Pedagang di Gedung Baru Pasar Jambu Dua Bogor

1.141 Kios dan Los Siap Tampung Pedagang di Gedung Baru Pasar Jambu Dua Bogor

Megapolitan
Virgoun Pakai Sabu untuk Turunkan Berat Badan

Virgoun Pakai Sabu untuk Turunkan Berat Badan

Megapolitan
Kasus Ojol Ribut dengan Bocah di Jalur Sepeda Berakhir Damai, Pemotor Minta Maaf

Kasus Ojol Ribut dengan Bocah di Jalur Sepeda Berakhir Damai, Pemotor Minta Maaf

Megapolitan
Momen Virgoun Pakai Baju Tahanan dan Tangan Diborgol, Diekspos Saat Konpers di Kantor Polisi

Momen Virgoun Pakai Baju Tahanan dan Tangan Diborgol, Diekspos Saat Konpers di Kantor Polisi

Megapolitan
Polisi: Bentrokan di Cawang Dipicu Selisih Paham Penggunaan Gereja

Polisi: Bentrokan di Cawang Dipicu Selisih Paham Penggunaan Gereja

Megapolitan
Calon Pengantin di Bogor Kena Tipu WO,  Dekor Apa Adanya dan 'Catering' Tak Kunjung Datang

Calon Pengantin di Bogor Kena Tipu WO, Dekor Apa Adanya dan "Catering" Tak Kunjung Datang

Megapolitan
PPDB Jalur Zonasi di Jakarta Dibuka, Prioritaskan Siswa yang 1 RT dengan Sekolah

PPDB Jalur Zonasi di Jakarta Dibuka, Prioritaskan Siswa yang 1 RT dengan Sekolah

Megapolitan
Sempat Bantah Cabuli Cucunya Sendiri, Kakek di Depok Diringkus Polisi

Sempat Bantah Cabuli Cucunya Sendiri, Kakek di Depok Diringkus Polisi

Megapolitan
Aksi Nekat Jambret di Jakut, Beraksi Seorang Diri Gasak iPhone Pejalan Kaki Dekat Kantor Polisi

Aksi Nekat Jambret di Jakut, Beraksi Seorang Diri Gasak iPhone Pejalan Kaki Dekat Kantor Polisi

Megapolitan
Calon Pengantin di Bogor Ditipu WO, Catering dan Dekorasi Tidak Ada Saat Resepsi

Calon Pengantin di Bogor Ditipu WO, Catering dan Dekorasi Tidak Ada Saat Resepsi

Megapolitan
Pembangunan Masjid Agung Batal, Nasib SDN Pondok Cina 1 Belum Temukan Titik Terang

Pembangunan Masjid Agung Batal, Nasib SDN Pondok Cina 1 Belum Temukan Titik Terang

Megapolitan
Penjarahan Rusunawa Marunda Disebut Terjadi karena Masalah Revitalisasi Berlarut-larut

Penjarahan Rusunawa Marunda Disebut Terjadi karena Masalah Revitalisasi Berlarut-larut

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com