Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saksi Kasus UPS Ini Ingkari Hasil Pemeriksaannya di Bareskrim

Kompas.com - 11/12/2015, 08:26 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota DPRD DKI dari Fraksi Partai Demokrat-PAN Ahmad Nawawi mengaku isi berita acara pemeriksaan (BAP) dirinya sewaktu diperiksa penyidik Bareskrim tidak sepenuhnya benar.

Padahal, dalam BAP tertulis namanya lengkap dengan paraf di setiap halaman. Rupanya, Nawawi mengakui bahwa asal menandatangani BAP tersebut tanpa membaca ulang.

"Memang setelah diperiksa, penyidik memberikan kembali BAP itu untuk dibaca. Sama dengan ketika kita perjanjian dengan bank. Emang kita baca semua tuh? Enggak kan karena kebanyakan. Karena capek ya parafin aja," ujar Nawawi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jalan Bungur Besar Raya, Kamis (10/12/2015).

Padahal, waktu di Bareskrim, dia hanya diperiksa selama 1,5 jam. Pemeriksaan itu juga berlangsung pada siang hari dan bukan malam hari.

"Tapi kan tetap capek, saya nunggunya dari pagi," ujar dia.

Soal isi BAP yang tidak sesuai ini menjadi masalah saat Nawawi menjadi saksi dalam persidangan kasus UPS, kemarin.

Sebab, hakim dan jaksa menggunakan BAP tersebut sebagai acuan dalam bertanya.

Ada dua hal dalam BAP yang dibantah oleh Nawawi dalam persidangan. Pertama adalah isi BAP-nya yang menjelaskan bahwa anggota Dewan mendapatkan jatah pokir Rp 30 miliar satu orang. Bantahan itu kembali dipertegas usai sidang.

"Lah iya, makanya itu saya enggak tahu angka itu muncul dari mana. Saya katakan enggak usah tanya itu sama saya-lah. Anda (penyidik) kan lebih tahu dari saya. Saya gituin. Karena saya kan tahu dia meriksa orang banyak. Dia yang buka duluan kalimat itu," ujar Nawawi.

Hal kedua yang dibantah oleh Nawawi adalah pernyataannya di BAP soal keterlibatan mantan Ketua Komisi E Firmansyah, mantan Wakil Ketua Komisi E Igo Ilham, dan mantan Sekretaris Komisi E Sahrianta Tarigan.

Dalam BAP, Nawawi menyebut jelas bahwa tiga orang itu yang paling tahu soal kasus UPS. Namun, hal itu lagi-lagi dibantah dalam persidangan.

"Setelah saya ditanya terus sama penyidik dan jawaban saya enggak tahu melulu, penyidik bilang, kalau anda semua enggak tahu dan teman lain enggak tahu berarti yang tahu hanya pimpinan komisi dong? Nah saya bilang begitulah kali," ujar Nawawi.

Kemarin, Hakim Ketua Sutarjo juga sempat bingung soal isi BAP yang banyak diingkari Nawawi. Dia memberi pesan kepada Nawawi agar tidak berbuat seperti itu.

"Bapak, isi BAP itu artinya adalah keterangan bapak. Kalau bapak tidak sepakat atau merasa dicatut, bapak harus bilang kepada penyidik. Jangan ditandatangani," ujar Hakim.

Nawawi menjadi saksi dalam sidang kasus UPS dengan terdakwa Alex Usman. Alex diduga melakukan korupsi saat menjabat sebagai pejabat pembuat komitmen (PPK) pengadaan UPS Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sesuai Namanya sebagai Seni Jalanan, Grafiti Selalu Ada di Tembok Publik

Sesuai Namanya sebagai Seni Jalanan, Grafiti Selalu Ada di Tembok Publik

Megapolitan
Panik Saat Kebakaran di Revo Town Bekasi, Satu Orang Lompat dari Lantai Dua

Panik Saat Kebakaran di Revo Town Bekasi, Satu Orang Lompat dari Lantai Dua

Megapolitan
4 Lantai Revo Town Bekasi Hangus Terbakar

4 Lantai Revo Town Bekasi Hangus Terbakar

Megapolitan
Revo Town Bekasi Kebakaran, Api Berasal dari Kompor Portabel Rumah Makan

Revo Town Bekasi Kebakaran, Api Berasal dari Kompor Portabel Rumah Makan

Megapolitan
Jalan Jenderal Sudirman Depan GBK Steril Jelang Jakarta Marathon

Jalan Jenderal Sudirman Depan GBK Steril Jelang Jakarta Marathon

Megapolitan
Rusunawa Marunda Dijarah, Ahok: Ini Mengulangi Kejadian Dulu

Rusunawa Marunda Dijarah, Ahok: Ini Mengulangi Kejadian Dulu

Megapolitan
Ahok Sudah Berubah, Masih Membara, tapi Sulit Maju di Pilkada Jakarta

Ahok Sudah Berubah, Masih Membara, tapi Sulit Maju di Pilkada Jakarta

Megapolitan
Ditanya Soal Kaesang Bakal Maju Pilkada Jakarta, Ahok: Enggak Ada Etika Saya Nilai Seseorang

Ditanya Soal Kaesang Bakal Maju Pilkada Jakarta, Ahok: Enggak Ada Etika Saya Nilai Seseorang

Megapolitan
Bukan Lagi Ibu Kota, Jakarta Diharapkan Bisa Terus Lestarikan Destinasi Pariwisata

Bukan Lagi Ibu Kota, Jakarta Diharapkan Bisa Terus Lestarikan Destinasi Pariwisata

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 23 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 23 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam Cerah Berawan

Megapolitan
Ada Jakarta Marathon, Sepanjang Ruas Jalan Jenderal Sudirman Ditutup hingga Pukul 12.00 WIB

Ada Jakarta Marathon, Sepanjang Ruas Jalan Jenderal Sudirman Ditutup hingga Pukul 12.00 WIB

Megapolitan
Ahok Sentil Kualitas ASN: Kalau Bapaknya Enggak Beres, Anaknya 'Ngikut'

Ahok Sentil Kualitas ASN: Kalau Bapaknya Enggak Beres, Anaknya "Ngikut"

Megapolitan
Perayaan HUT Jakarta di Monas Bak Magnet Bagi Ribuan Warga

Perayaan HUT Jakarta di Monas Bak Magnet Bagi Ribuan Warga

Megapolitan
Ada Kebakaran di Revo Town, Stasiun LRT Bekasi Barat Tetap Layani Penumpang

Ada Kebakaran di Revo Town, Stasiun LRT Bekasi Barat Tetap Layani Penumpang

Megapolitan
HUT Jakarta, Warga Asyik Goyang Diiringi Orkes Dangdut di Monas

HUT Jakarta, Warga Asyik Goyang Diiringi Orkes Dangdut di Monas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com