Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aturan Baru SIM C Diharapkan Batasi Anak SMA Bawa Moge

Kompas.com - 21/12/2015, 16:29 WIB
Febri Ardani Saragih

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wacana pengelompokan SIM C berdasarkan kapasitas silinder mesin secara tidak langsung akan membatasi pengguna motor gede.

Pengelompokan SIM C tersebut dinilai bakal mempersulit siswa SMA untuk memperoleh surat izin mengemudikan motor gede (moge). (Baca: Pengelompokan SIM C Buat Biker Belajar "Naik Kelas")

Ke depannya, SIM untuk pengendara sepeda motor akan digolongkan menjadi tiga, yakni SIM C yang menjadi dasar untuk mengendarai sepeda motor hingga 250 cc, kemudian SIM C1 untuk motor 250 cc– 500 cc, dan SIM C2 untuk pengendara motor di atas 500 cc.

Untuk memperoleh SIM C1 dan C2, pengguna sepeda motor wajib memiliki SIM C terlebih dahulu. Setelah itu, mereka harus mengikuti uji kompetensi yang disesuaikan dengan kapasitas sepeda motornya.

Training Director The Real Driving Center (RDC) Marcell Kurniawan mengatakan, seseorang dinyatakan kompeten mengendarai sepeda motor sebenarnya tidak dilihat berdasarkan latar belakang pendidikan.

Namun, menurut dia, perlu dipahami bahwa siapa pun yang menjadi pemohon SIM wajib memiliki ilmu berkendara dengan benar. (Baca: Biaya Bikin SIM C Masih Rp 100.000)

Atas dasar itu, Marcell menilai perlunya penetapan tenggang waktu kepemilikan SIM C jika pengelompokan ini nanti diberlakukan.

Misalnya, pengemudi wajib memegang SIM C selama dua tahun sebelum bisa memohon SIM C1 atau C2.

Dua tahun pertama adalah adaptasi dengan jalan. Dalam periode ini, biasanya banyak kecelakaan, bahkan sampai pada taraf fatal.

"Setelah itu, dia bisa memilah dan mengontrol emosi. Jangan sampai sepeda motor besar sudah dikasih ke anak SMA," ujar Marcell.

Ia menilai, pemohon SIM baru, terutama yang masih SMA, cenderung masih labil secara emosional. (Baca: Ini Aturan Baru soal SIM C, C1, dan C2)

"Secara kemampuan kognitif (persepsi) dan assertive (kemampuan berkomunikasi) mereka belum dapat. Masih labil, jadi sering terbawa perasaan," sambung Marcell.

Dia menilai, pengelompokan SIM C ini bisa mengurangi angka kecelakaan dan mendukung keselamatan berkendara, bila dipahami dari pandangan ini.

Meski begitu, menurut Marcell, keruwetan masalah lalu lintas Indonesia, terutama di kota besar, tidak bisa diselesaikan hanya dengan penggolongan SIM C.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maling Motor di Tebet Sempat Masuk ICU gara-gara Dikeroyok Warga

Maling Motor di Tebet Sempat Masuk ICU gara-gara Dikeroyok Warga

Megapolitan
“Kalau Bung Anies Berniat Maju Pilkada DKI Lewat PDI-P, Silakan Daftar'

“Kalau Bung Anies Berniat Maju Pilkada DKI Lewat PDI-P, Silakan Daftar"

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, Satpol PP DKI Minta Parpol Izin Saat Pasang Alat Peraga Kampanye

Jelang Pilkada 2024, Satpol PP DKI Minta Parpol Izin Saat Pasang Alat Peraga Kampanye

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Kebut Persiapan, Prioritaskan Jemaah Lansia

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Kebut Persiapan, Prioritaskan Jemaah Lansia

Megapolitan
Tepergok Hendak Curi Motor, Maling di Koja 'Video Call' Ibunya Saat Diciduk Warga

Tepergok Hendak Curi Motor, Maling di Koja "Video Call" Ibunya Saat Diciduk Warga

Megapolitan
Kronologi Remaja Tikam Seorang Ibu di Bogor, Berawal dari Mabuk dan Panik

Kronologi Remaja Tikam Seorang Ibu di Bogor, Berawal dari Mabuk dan Panik

Megapolitan
Maju Pilkada DKI Jalur Independen, Dharma Pongrekun: Mau Selamatkan Rakyat

Maju Pilkada DKI Jalur Independen, Dharma Pongrekun: Mau Selamatkan Rakyat

Megapolitan
Dishub DKI Minta Warga Laporkan ke Aplikasi JAKI jika Temukan Jukir Liar di Minimarket

Dishub DKI Minta Warga Laporkan ke Aplikasi JAKI jika Temukan Jukir Liar di Minimarket

Megapolitan
Buntut Penganiayaan Taruna STIP, Desakan Moratorium hingga Penutupan Sekolah Menguat

Buntut Penganiayaan Taruna STIP, Desakan Moratorium hingga Penutupan Sekolah Menguat

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Tergolong Tindak Pidana, Dishub DKI Bakal Terapkan Sidang di Tempat

Jukir Liar Minimarket Tergolong Tindak Pidana, Dishub DKI Bakal Terapkan Sidang di Tempat

Megapolitan
Polisi Sebut Tersangka Kasus Kematian Taruna STIP Masih Mungkin Bertambah

Polisi Sebut Tersangka Kasus Kematian Taruna STIP Masih Mungkin Bertambah

Megapolitan
Jukir Liar Tak Setuju Ditertibkan, Kadishub DKI: Siapa Pun yang Timbulkan Keresahan, Harus Ditindak Tegas

Jukir Liar Tak Setuju Ditertibkan, Kadishub DKI: Siapa Pun yang Timbulkan Keresahan, Harus Ditindak Tegas

Megapolitan
3 Korban Tewas Kebakaran Kapal di Muara Baru Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

3 Korban Tewas Kebakaran Kapal di Muara Baru Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen

Megapolitan
Remaja di Bogor Ditangkap Polisi Usai Tusuk Seorang Ibu dalam Keadaan Mabuk

Remaja di Bogor Ditangkap Polisi Usai Tusuk Seorang Ibu dalam Keadaan Mabuk

Megapolitan
Temui Heru Budi di Balai Kota, Ahmed Zaki Pastikan Bukan Bahas Isu Pilkada DKI 2024

Temui Heru Budi di Balai Kota, Ahmed Zaki Pastikan Bukan Bahas Isu Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com