Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitnya Mendamaikan Pengusaha Metromini

Kompas.com - 03/02/2016, 06:57 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Meskipun Kementerian Hukum dan HAM sudah mengesahkan kepengurusan PT Metromini yang dipimpin oleh Novrialdi pada Desember lalu, tetap saja masih ada kubu lain yang tidak menerima.

Kubu itu adalah kepengurusan PT Metromini yang dipimpin oleh TA Panjaitan. Karena tak mengakui Novrialdi, mereka kemudian membentuk organisasi baru dengan nama Forum Komunikasi Pemilik Metromini (FKPM) yang diketuai oleh Rimhot Siagian pada 10 Januari 2016.

Pada rapat guna membahas mengenai masa depan metromini di Kantor Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta pada Selasa (2/2/2016) kemarin, para pengusaha yang tergabung di FKPM dengan yang bernaung di bawah PT Metromini sempat terlibat keributan.

Keributan terjadi jelang rapat dimulai pada sekitar pukul 09.00. Saat itu, para pengusaha dari FKPM keberatan dengan hadirnya jajaran pengusaha PT Metromini yang dipimpin direktur utamanya, Novrialdi.

"Eh, siapa yang ngundang loe," ujar salah seorang pengusaha dari FKPM seraya menunjuk ke pengusaha dari kubu Novrialdi.

Adu mulut sempat terjadi di antara mereka. Akibat kericuhan itu, rapat sempat tertunda selama beberapa menit.

Kepala Dishubtrans DKI Andri Yansyah sampai harus turun tangan untuk menenangkan mereka.

Seusai rapat, Andri mengancam tidak akan bersedia lagi mengurus metromini. Tindakan itu akan dilakukannnya jika tidak ada itikad baik dari para pengusaha metromini yang saat ini bertikai untuk berdamai.

"Dishub sudah capek ngurusin mereka. Masa mau ditungguin (agar berdamai) terus. Kalaupun ditungguin, ada jaminan enggak mereka bakal damai," kata Andri.

Andri menyebut ketiadaan bus-bus metromini bukan suatu masalah. Sebab, PT Transportasi Jakarta dan Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD) sudah mengadakan kerja sama terkait penggunaan 600 unit bus hibah dari Kementerian Perhubungan.

"Jadi trayek-trayek mereka bisa kita yang ngisi. Makanya kalau mereka enggak mau damai, bakalan kita tinggal," ujar dia.

Seperti diberitakan, pada Desember lalu ratusan bus metromini dicabut izin operasinya karena dinilai sudah tidak layak jalan. Bus-bus itu kemudian dikandangkan oleh aparat Dishubtrans.

Tak ayal, tindakan itu mendapat protes dari para sopir metromini. Mereka pun sempat beberapa hari melakukan aksi mogok massal.

Gubernur Basuki Tjahaja Purnama pun telah berulang kali mendesak agar para pengusaha metromini bergabung dengan PT Transportasi Jakarta. Namun, sebelumnya, para pengusaha metromini harus meremajakan lebih dulu bus-busnya sesuai standar yang ditetapkan oleh PT Transjakarta.

Untuk bisa membeli bus yang standarnya sesuai dengan yang ditetapkan oleh PT Transjakarta, para pengusaha metromini harus mengikuti lelang di Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP).

Salah satu syarat bagi pengusaha yang hendak ikut lelang di LKPP adalah bernanung di kepengurusan yang sah. Dengan demikian, pengusaha yang bernaung di FKPM mau tidak mau harus bekerja sama dengan PT Metromini.

"Makanya mereka harus damai," ujar Andri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com