Bisnis mesum itu dia lakukan di Jalan Timbul IV, Kelurahan Cimpedak, Kecamatan Jagakarsa. Di dalam kompleks perumahan, ia mengelola warung kopi sederhana yang belakangan diketahui dari polisi hanya sebagai kedok untuk praktik prostitusi.
Warung yang terbuat dari papan dan dicat merah itu berdiri diapit rumah permanen di kompeks tersebut.
Jaya (58), warga RT 08 RW 06, di dekat warung Torik menyatakan, lebih kurang dua tahun pelaku membuka warung itu. Tetapi, belakangan warga resah karena sejumlah remaja perempuan berpakaian minim dan pria dewasa hilir mudik di warung itu.
"Masyarakat resah karena mendeteksi hal negatif," kata Jaya di dekat warung Torik, Jumat (11/3/2016).
Pihak RT dan RW pernah mendatangi warung Torik. Mereka hendak mengonfirmasi apakah ada praktik prostitusi di sana.
"Dia bilang enggak ada, cuma warung kopi," ujar Jaya.
Anto (59), warga RT 08 RW 06 lainnya, menyebutkan, warga tak punya bukti atas dugaan mereka soal prostitusi tersebut. Maka, Torik pun aman-aman saja menjalankan praktik prostitusinya selama dua tahun.
ABG seksi
Gadis remaja yang datang ke warung Torik berpakaian minim. Para ABG mencurigakan itu membuat para perempuan berkeluarga di sana resah.
"Pakaiannya seronok, tahu sendirilah, segini-segini," ujar Basori (50), warga RT 08 RW 06, sambil menunjuk di atas lutut.
Para gadis remaja itu rupanya menunggu pelanggan. Lima sampai tujuh ABG biasa mangkal di warung Torik. Belakangan juga ketahuan bahwa mereka bisa melayani tamunya di warung Torik. Warung itu hanya punya satu kamar. Transaksi seks juga dapat dilakukan di tempat lain, tetapi pelanggan menjemput para gadis remaja itu di warung Torik.
Umur para gadis yang dieksploitasi berkisar 15-16 tahun. Tarif dipatok Rp 300.000-Rp 400.000. Di antara mereka ada yang putus sekolah, tetapi ada juga yang masih sekolah.
"Ada ABG yang datang masih pakai baju sekolah, ganti pakaian di situ, tetapi bukan warga sini," ujarnya.
Pelanggan bermobil