Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok atau Bukan Ahok? Media Sosial "Kunci" Kemenangan di Pilkada Jakarta

Kompas.com - 15/03/2016, 14:28 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Rebutan pengaruh di media sosial menjelang Pilkada DKI Jakarta sudah memanas, apalagi setelah Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengumumkan akan menempuh jalur independen bersama Heru Budi Hartono.

Selain ramai soal pengumpulan ulang KTP bagi para pendukung Ahok, media sosial juga banyak membincangkan calon-calon alternatif yang mulai disodorkan partai antara lain pengusaha Sandiaga Uno, musisi Ahmad Dhani, dan Yusril Ihza Mahendra.

Pengamat media sosial, Nukman Luthfie, mengatakan, keriuhan ini wajar terjadi walau pilkada masih akan berlangsung pada Februari 2017 mendatang.

"Umumnya begitu. Jauh-jauh hari untuk posisi-posisi strategis (seperti gubernur Jakarta) memang ramai, terutama Jakarta dan Bandung, yang memang menjadi pusatnya media sosial," katanya.

Namun, tampaknya Ahok masih jauh lebih unggul dibanding calon-calon lain dalam percakapan di media sosial. Di Twitter, misalnya, kata kunci Ahok menjadi paling banyak dikicaukan selama satu bulan terakhir oleh pemberitaan media massa dan juga pengguna dengan lebih dari satu juta tweet.

Faktor utamanya adalah basis pendukung Ahok yang memang besar di media sosial. "Sebagai kandidat nomor satu Ahok susah dilawan, makanya siapa pun yang mau melawan dia itu sekarang susah sekali," katanya.

"Pendukung terbesar Ahok itu ada di media sosial, bicara lewat media sosial, mereka generasi-generasi yang hidupnya di dunia digital, yang selama ini banyak diabaikan oleh partai."

"Ahok tahu betul bagaimana menggalang generasi digital ini. Makanya, mereka sahut-sahutan di Twitter, Facebook, dan Ahok juga aktif mengabarkan program-program di sana."

Selain suara-suara dukungan, tentu ada juga kritik yang ditujukan untuk Gubernur Jakarta, misalnya terkait cara komunikasinya yang dianggap kasar. Namun, sejumlah pihak membawa kritikan ke arah yang lebih jauh.

Di Facebook, misalnya, diskusi merambah ke soal-soal agama dan ras. Satu unggahan, misalnya, bertuliskan, "Saya Muslim saya gak mungkin pilih Ahok", sementara yang lain bertuliskan, "Saya Muslim saya pilih Ahok".

Di Twitter, tagar bernada negatif muncul.

Berikut ini sejumlah tagar yang beredar di Twitter dan akun yang pertama kali menggunakannya:

    #UsirAhokDariJakarta , 8.100 kicauan, via @SiBonekaKayu
    #TemanAhokTipuKTP, 4.900, kicauan, via @Revolusi_Sosmed
    #AhokBikinMaluIndonesia, 5.200 kicauan, via @mata_indigo
    #AyoKPKEksekusiAhok, 9.700 kicauan, via @Restyies
    #KandangkanAhok, 20.700 kicauan, via @yudissejahtera
    #AhokGubernurKulitKabel, 10.300 kicauan, via @Pitung_id


Media sosial jadi kunci

Nukman mengatakan, bagi Kota Jakarta, media sosial adalah kunci kemenangan. Siapa pun yang bisa merebut pengaruh besar di media sosial, dialah yang kemungkinan besar bisa menang.

"Mereka yang punya hak memilih masih aktif di Facebook dan Twitter. Jadi, yang bersuara banyak di sana itu adalah orang-orang yang punya hak pilih," katanya.

Namun, satu kekhawatiran yang muncul adalah apakah para pengguna bijak menyaring konten terkait calon pilihannya di media sosial. Pasalnya, pendiri PoliticaWave Yose Rizal berpendapat bahwa banyak pengguna media sosial yang saat ini masih gagap menyaring informasi dengan baik.

"Di media sosial persepsi lebih penting dari fakta," katanya. "Kita sering mendapat informasi yang berbeda tentang satu hal yang sama dan masyarakat sekarang cenderung percaya pada data yang mendukung pendapatnya," kata Yose.

"Ini kan tentunya sangat disayangkan, edukasi terhadap pengguna perlu dilakukan karena banyak media online yang turut menyebar informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com