Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Kepemimpinan Jakarta jika Tanpa Ahok?

Kompas.com - 17/03/2016, 06:05 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama untuk maju melalui jalur independen dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 dinilai beresiko tinggi. Segala kemungkinan bisa terjadi.

Termasuk kemungkinan relawan pendukungnya, "Teman Ahok" tak berhasil mengumpulkan target satu juta fotokopi KTP. Namun, Basuki mengaku tak ambil pusing menghadapi Pilkada DKI 2017.

Tugasnya kini hanya bekerja dan mempersiapkan sistem agar pemerintahan DKI Jakarta tetap berjalan. Ia ingin meninggalkan kesan yang baik bila nantinya dia tidak terpilih lagi menjadi Gubernur DKI Jakarta.

"(Kepemimpinan) saya sampai Oktober 2017 pun kamu akan lihat bedalah Jakarta. Tahun ini kamu lihat Jakarta beda lah, saya jamin," ujar Basuki beberapa waktu lalu.

Di samping itu, Basuki menginginkan gubernur selanjutnya dapat menerapkan standar tinggi dalam melayani warga Jakarta. Salah satu sistem yang tengah dibangunnya adalah sistem penyusunan penganggaran melalui e-budgeting hingga satuan ketiga.

Gubernur penggantinya tidak dapat lagi mengutak-atik sistem yang ia bangun dan warga dapat mengawasinya. Bahkan, menurut dia, Gubernur yang mencoba mengubah sistem yang sudah dia bangun, akan berdampak buruk bagi mereka.

"Saya jamin sistem yang saya bangun, (gubernur) yang gantiin saya pun kalau dia ubah sembarangan pasti dicaci maki orang, langsung jatuh dia. Saya buat standar tinggi," kata Basuki.

"Kamu tahan enggak jadi gubernur tiap hari datang masuk pagi pukul 07.30 WIB sampai pulang malem, Sabtu-Minggu bawa pulang koper. Liburan bawa pulang koper. Mana ada disposisi saya yang lebih dari seminggu," kata Basuki lagi.

Jakarta butuh sistem bukan figur

Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran, Muradi, melihat tidak akan ada perubahan yang signifikan ketika Jakarta berganti kepemimpinan. Termasuk jika Basuki tidak memimpin ibu kota kembali.

Muradi menjelaskan, sistem pemerintahan DKI Jakarta tetap akan berjalan, meskipun berganti kepemimpinan.

"Siapapun pemimpinnya tidak masalah, sistem tetap berjalan. Shock di awal pasti ada, tapi itu terjadi normatif saja," kata Muradi kepada Kompas.com.

Ia mengatakan, berbagai sistem seperti e-budgeting, pembelian barang dan jasa melalui e-katalog, serta pengusulan anggaran melalui e-musrenbang tetap akan berjalan. Yang dibutuhkan hanyalah pengawasan dari gubernur, satuan kerja perangkat daerah, DPRD DKI, serta warga Jakarta sendiri.

"Selama dibangun sistem, individu bukan lagi menjadi unsur kuat. Berganti kebijakan, birokrasi tetap akan dibangun dan berjalan. Karena yang dibutuhkan itu adanya sebuah sistem bukan figur," kata Muradi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Megapolitan
Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Megapolitan
KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

Megapolitan
BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

Megapolitan
Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Megapolitan
Bus Transjakarta Bisa Dilacak 'Real Time' di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Bus Transjakarta Bisa Dilacak "Real Time" di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Megapolitan
Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Megapolitan
Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Megapolitan
KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Megapolitan
Pabrik Narkoba di Bogor Terbongkar, Polisi Klaim 'Selamatkan' 830.000 Jiwa

Pabrik Narkoba di Bogor Terbongkar, Polisi Klaim "Selamatkan" 830.000 Jiwa

Megapolitan
Siasat Pabrik Narkoba di Bogor Beroperasi: Kamuflase Jadi Bengkel, Ruangan Pakai Peredam

Siasat Pabrik Narkoba di Bogor Beroperasi: Kamuflase Jadi Bengkel, Ruangan Pakai Peredam

Megapolitan
Ratusan Sekuriti Geruduk Kampung Susun Bayam, Perintahkan Warga Segera Pergi

Ratusan Sekuriti Geruduk Kampung Susun Bayam, Perintahkan Warga Segera Pergi

Megapolitan
Lima Tahun Berlalu, Polisi Periksa 5 Terduga Pelaku Penusukan Noven Siswi SMK Bogor

Lima Tahun Berlalu, Polisi Periksa 5 Terduga Pelaku Penusukan Noven Siswi SMK Bogor

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Sudah Mundur dari Staf Kelurahan sejak 2021

Pemerkosa Remaja di Tangsel Sudah Mundur dari Staf Kelurahan sejak 2021

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com