Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPAI Heran Pembunuh dan Penjahat Seksual Sadis Jadi Figur Boneka

Kompas.com - 18/03/2016, 15:02 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyelidiki beredarnya boneka "Indo Psychos" dengan figur dua pelaku pembunuhan dan kejahatan sadis. KPAI heran, mengapa dua penjahat itu dipilih oleh pembuatnya.

"Boleh dikatakan di luar negeri pun penjahat sekelas pembunuh apa pun tidak dibeginikan. Namun, kenapa ini tokoh homoseksual, pembunuh sadis, kenapa dijadikan suatu option figure," kata Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda kepada Kompas.com di Jakarta, Jumat (18/3/2016).

Erlinda menyatakan, KPAI tidak menginginkan anak-anak punya tokoh idola berupa sosok penjahat. Oleh karena itu, dalam rangka pencegahan dan pengawasan, KPAI akan berkoordinasi dengan instansi terkait agar menarik dulu boneka itu dari pasaran.

"Orangtua pun (diharapkan) lebih bijaksana dalam membeli mainan untuk anak, dan orang dewasa juga jangan langsung membeli karena tokoh ini adalah tokoh real, nyata, dan mereka adalah penjahat yang sangat berbahaya," ujar Erlinda.

Erlinda menyatakan, pelapor kasus ini membeli boneka itu secara online. Pihaknya telah menyelidiki adanya laporan penjualan boneka itu di tiga tempat di Jakarta Selatan, tetapi belum menemukannya.

Menurut hasil koordinasi KPAI dengan pakar telematika, penjual boneka itu berdomisili di Jakarta.

"Posisi ada di Jakarta dan memang sebelumnya produksinya sudah membuat figur-figur lainnya, dan dia peranakan indo campuran," ujar Erlinda.

Identitas orang yang memproduksi boneka itu ataupun pelapor masih belum disebutkan oleh KPAI. Pihak KPAI juga belum memegang bukti fisik boneka itu, dan masih berupa foto.

"Bonekanya belum kami dapatkan karena yang melapor itu belum juga datang," ujar Erlinda.

Sebelumnya, KPAI tengah melakukan investigasi terkait peredaran boneka dengan figur pembunuh dan pelaku kejahatan seksual sadis. Boneka "Indo Psychos" yang beredar tersebut dibuat menurut citra pelaku pembunuhan belasan anak jalanan, Robot Gedek atau Siswanto; serta pelaku pembunuhan dan mutilasi terhadap belasan orang, Very Idham Henyansyah.

Robot Gedek atau Siswanto merupakan pelaku dalam kasus sodomi terhadap 12 anak jalanan berusia 9-15 tahun. Pelaku kemudian membunuh para korbannya. Tindakan ini dilakukan pada tahun 1994-1996.

Pada tahun 1996, dia ditangkap dan disidang oleh pengadilan setempat serta dijatuhi hukuman mati, dan akhirnya dimasukkan ke LP Nusa Kambangan, Cilacap. Sebelum eksekusi mati, ia meninggal dunia di lapas, dan jenazahnya dimakamkan di Batang.

Sementara itu, Very Idham Henyansyah atau yang lebih dikenal sebagai Ryan merupakan terpidana kasus pembunuhan yang diikuti oleh mutilasi terhadap 11 teman prianya. Peristiwa itu terjadi pada tahun 2006-2007.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com