Kita sangat mengapresiasi kinerja kepolisian yang kembali berhasil menangkap pelaku kejahatan sadis dalam hitungan hari, sekalipun yang bersangkutan telah melarikan diri.
Namun, kita dikejutkan dengan banyak foto dari Pemutilasi Cikupa, Agus, yang disinyalir tidak memiliki raut wajah menyesal sama sekali, apalagi sampai menangis.
Pembahasan tersebut membuat saya jadi tertarik membahas ekspresi wajah.
Pertama-tama yang akan saya bahas adalah ekspresi wajah dari Agus saat berfoto bersama Pak Kombes. Ekspresi apakah yang sebetulnya hadir di foto ini?
Yang jelas memang ada senyum di wajah Agus. Benarkah ada kebanggaan?
Sebelum menganalisa lebih jauh, saya ingin menggarisbawahi bahwa Agus memiliki ideosyncratic di wajahnya, yaitu ciri khas wajahnya yang memiliki lesung pipi lebih tebal di sisi wajah sebelah kiri (lihat tanda di bagian pipi dalam foto atas).
Lihat juga bentuk bibir Agus. Ideosyncratic ini membuat senyum dari wajah Agus kebanyakan akan membentuk ekspresi wajah yang mirip dengan FACS AU 14 – Dimpler atau yang lebih dikenal dengan senyum kebanggaan/superior (senyum contempt).
Mari kita menggunakan teknik analisa ekspresi wajah selevel Advance, Facial Action Coding System (FACS). Dengan FACS, kita akan mendapatkan adanya pergerakan otot wajah: Action Unit (AU) 14 – Left Dimpler dan AU 12 – Lip Corner Puller, yang mungkin digerakkan oleh zygomaticus major dan depressor glabellae, depressor supercilii, dan atau corrugator supercilii bersama-sama pada bibir sebelah kiri wajah.
Ekspresi apakah ini? Gerakan ini bisa dikategorikan ke dalam ekspresi senyum kebanggaan. Jadi, memang Agus bangga berfoto bersama Kombes Krishna Murti. Dalam konteks foto bersama ini, tidak ditemukan raut wajah menyesal dari seorang Pemutilasi Cikupa.
Adakah tanda ekspresi sedih di foto ini? Mari kita lihat lebih dekat dengan membandingkan dengan foto Agus saat dalam kesempatan “normal” atau belum terkena kasus mutilasi ini.
Perhatikan mata dari Agus. Ada perbedaan dari matanya? Saya tidak bisa melakukan coding FACS pada matanya karena foto tidak begitu jelas.
Akan tetapi, bila kita melihat mata-nya dan membandingkan keseluruhan wajah Agus, kita bisa merasakan adanya emosi sedih/stress yang mungkin timbul sebagai dampak dari kasus yang sedang didera-nya atau bisa juga memang “kurang istirahat”.
Kita tidak bisa dan tidak boleh menilai seseorang hanya dari 1 foto saja. Kita perlu melihat konteks orang tersebut.
Mari kita melihat ekspresi wajah lainnya. Kali ini ekspresi wajah ketika Agus tertangkap dan ketika Agus ada di ruang kepolisian.
Anda bisa melihat adanya emosi sedih pada wajahnya yang sedang menerawang/kognitif memikirkan sesuatu? Anda juga melihat bentuk bibirnya yang membentuk emosi takut? Yes, ekspresi wajah ini adalah ekspresi wajah dari sedih ditambah takut.