Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok "Semprot" Wali Kota Jakut karena Ada Pompa Dimatikan

Kompas.com - 22/04/2016, 12:37 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Genangan yang kemarin muncul di Pademangan, Jakarta Utara, dan Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat, pada Kamis kemarin membuat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memanggil Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi ke Balai Kota, Jumat (22/4/2016).

Mereka kemudian menggelar rapat terbuka. Dalam rapat itu, Ahok sempat meluapkan kemarahannya kepada Rustam. Penyebabnya karena adanya mesin pompa yang dimatikan di rumah pompa Ancol, Pademangan.

Menurut Ahok, dimatikannya mesin pompa karena adanya air laut yang masuk melintas melebihi tanggul tidak masuk akal. Sebab, ia menyebut ketinggian tanggul mencapai 2,8 meter.

"Saya lihat di CCTV semua hanya 1,6-1,7 (meter), bagaimana air bisa melimpas," ujar Ahok dengan nada tinggi. (Baca: Ahok Heran Gunung Sahari Banjir, Ternyata Pompa Air Dimatikan)

Menurut Ahok, tadi pagi ia sempat datang ke pintu air Ancol. Berdasarkan laporan petugas penjaga pintu air, ia mendapatkan informasi bahwa belum pernah ada air laut melintas melebihi ketinggian tanggul.

Ahok menyebut petugas itu sudah bekerja sebagai petugas penjaga pintu air sejak 1991.

"Dia bilang air laut pasang paling tinggi (melebihi tanggul) 2,6 meter, itu juga belum melintas di pintu air. Jadi tidak ada cerita pompa dimatiin karena air laut melimpas," ujar Ahok.

Rustam tampak fokus mendengarkan penjelasan dari Ahok. Selain Rustam, hadir pula Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede, jajaran Dinas Tata Air, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Kompas TV Pompa Air Belum Maksimal, Jakarta Tergenang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Rumah TKP Brigadir RAT Bunuh Diri Pernah Dimiliki Fahmi Idris, Lalu Kini Dihuni Bos Tambang

Megapolitan
Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Cara Daftar Online Urus KTP dan KK di Tangsel

Megapolitan
Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Preman Perusak Gerobak Bubur di Jatinegara adalah Warga Setempat

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Megapolitan
Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Megapolitan
Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Megapolitan
Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Megapolitan
Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com