TANGERANG, KOMPAS.com - Sebagian besar nelayan di daerah Dadap, pesisir utara Kabupaten Tangerang, mengeluh sekaligus pasrah dengan proyek reklamasi di tempat mereka biasanya melaut untuk mencari ikan.
Dua dari 17 pulau yang direklamasi di Pantai Utara (Pantura) Jakarta memang masuk ke wilayah Pemerintah Kabupaten Tangerang, yaitu Pulau A dan B. Salah satu nelayan yang menceritakan perbedaan sebelum dan sesudah ada proyek reklamasi adalah Udin (46).
Sebelum ada reklamasi di sana, Udin dan nelayan lainnya masih leluasa untuk mencari ikan dan biota laut lainnya. Tidak perlu sampai ke tengah laut pun, nelayan sudah bisa mendapatkan ikan untuk dibawa pulang dan dijual.
Namun, setelah proyek reklamasi berjalan, area yang tadinya menjadi tempat nelayan mencari nafkah, kini berubah menjadi timbunan tanah, pasir, serta bebatuan.
Para nelayan harus melaut lebih jauh, dengan mengeluarkan uang lebih untuk bahan bakar, agar bisa mendapatkan ikan. (Baca: Melihat Suasana Reklamasi di Pesisir Utara Tangerang)
"Dulu, satu liter solar saja sudah bisa bawa pulang ikan sampai 10 kilogram. Kalau sekarang, harus sampai ke tengah (laut), perlu lima liter solar. Tangkapan ikan juga jadi sedikit, bisa sampai satu kilogram saja sudah syukur," kata Udin kepada Kompas.com, Jumat (22/4/2016).
Nelayan lainnya, Asep (50), mengaku hanya bisa pasrah dan tetap melaut seperti biasa. Bedanya, penghasilannya dulu yang cukup besar, kini menjadi sedikit. Ikan-ikan di sana juga jadi sulit ditemukan akibat banyaknya limbah proyek yang dibuang langsung ke laut, di mana dulu masih banyak ikan yang bisa ditangkap di sana.
"Coba lihat, airnya sudah tercemar begini, warnanya hitam. Kotor banget, ikan enggak bisa hidup di sini, bau lagi. Tapi, ya mau gimana lagi," tutur Asep. (Baca: KNTI Sebut Reklamasi Pantai di Tangerang Merusak Lingkungan)
Menurut nelayan di sana, proyek reklamasi Pulau A dan B sudah berlangsung selama setahun lebih. Pengerjaan reklamasi terhitung cepat, terlebih di sebagian Pulau B yang masuk di wilayah DKI Jakarta, terlihat deretan bangunan yang berdiri di sana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.