Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kegalauan dan Sindiran Yusuf Mansur kepada Bakal Calon Gubernur

Kompas.com - 25/04/2016, 08:19 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Muncul satu lagi nama dalam bursa pencalonan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

Adalah nama Yusuf Mansur, seorang pendakwah, penulis buku, dan pengusaha asal Betawi.

Sedianya, Yusuf akan didaulat menjadi bakal calon gubernur oleh rekan-rekannya sesama alim ulama, di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Minggu (24/4/2016) kemarin.

(Baca: Yusuf Mansyur Tolak Deklarasi Bakal Cagub di Masjid)

Namun, deklarasi itu batal karena Yusuf masih galau dan belum memberikan kepastian bersedia untuk didukung.

"Teman-teman dari berbagai elemen di antaranya dari para alim ulama, mereka meminta saya sedikitlah ber-statement bahwa bersedialah (maju pada Pilkada DKI Jakarta 2017). Saya sampai sekarang bilang, saya ini posisinya sami'na wa atho'na (dengar dan taat) kalau sama ulama," kata Yusuf, Minggu (24/4/2016).

Sindir calon lain

Yusuf juga menyampaikan tidak akan menempuh jalur independen maupun partai politik apabila ikut pilkada.

Ia menyebut akan menempuh jalur sajadah atau berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ia menyerahkan semua urusan ini kepada Allah SWT. (Baca: Yusuf Mansyur: Jangan Lupa, Bukan KTP yang Maha Esa)

Sepanjang memberi pernyataan kepada wartawan, Yusuf tak henti-hentinya menyindir calon lain yang maju melalui jalur independen dan parpol.

"Sementara orang mendewakan elektabilitas, mendewakan popularitas, mendewakan program, mendewakan partai, mendewakan KTP, KTP tembus sekian, tembus sekian, banyak dukungan, mendewakan para dukungers. Tahu enggak dukungers? Yang mendukung. Saya menuhankan Allah, sudahlah maju-maju kata Allah dan mundur-mundur kata Allah," kata Yusuf.

Atas dasar itu, Yusuf ingin memantapkan dulu niatnya. Ia ingin memastikan apakah niatnya ini untuk membangun Jakarta atau hanya sekadar ingin berkuasa.

Ia mengakui, hingga saat ini niatnya masih belum bagus sehingga masih belum pasti apakah akan maju atau tidak pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Teorinya sederhana, Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Bukan partai dulu, partai lagi, partai terus, bukan KTP dulu, KTP lagi, KTP terus. Jangan lupa Tuhan yang Maha Esa, bukan KTP yang Maha Esa, adem kan," kata Yusuf.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com