Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dendam Kesumat Ahok kepada Dinas PU soal Banjir

Kompas.com - 25/04/2016, 11:44 WIB

JAKARTA, KOMPAs.com — Kejadian jebolnya tanggul Latuharhari, Jakarta Pusat, pada awal tahun 2013 membuat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dendam dengan pihak yang mengabaikan peringatan banjir.

"Dendam saya tahun 2013, waktu zaman dengan Pak Jokowi. Tidak ada satu pun orang PU (Dinas Pekerjaan Umum) menceritakan kepada kami bahwa Pintu Ciliwung Lama harus dibuka," katanya.

Hal itu dikatakan pria yang akrab disapa Ahok itu saat Rapat Penanganan Pasca-Banjir dan Antisipasi Pencegahan Banjir bersama dengan wali kota dan petugas PHL di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (22/4/2016), seperti yang diunggah Pemprov DKI di YouTube.

Ahok menceritakan, sebelum tanggul jebol hingga membuat Bundaran HI banjir, dia sedang makan dengan mantan Gubernur DKI Sutiyoso yang sedang berulang tahun. Dia mengaku ditanya Sutiyoso mengapa bisa duduk-duduk tenang, sementara hujan besar.

Saat itu, kata Ahok, Sutiyoso bertanya lagi apakah Kepala Dinas PU menghubunginya.

"'Kepala PU ada telepon kamu?' Saya bilang enggak tahu. Saya cek ke Pak Jokowi (saat itu Gubernur DKI). Enggak ada," kata Ahok menceritakan dialognya dengan Sutiyoso.

Sutiyoso kemudian mengingatkan Ahok. Seharusnya, kalau Bogor hujan besar, Gubernur dan Dinas PU memutuskan apakah Ciliwung Lama dibuka atau tidak.

"Kalau dibuka, pasti Istana tenggelam, Istiqlal, Gunung Sahari tenggelam," kata Ahok, mengutip ucapan Sutiyoso.

Menurut Ahok, Kepala Dinas PU menyatakan bahwa harus ada izin Presiden untuk membuka Ciliwung Lama.

"Lalu jebollah Latuharhari," kata Ahok.

"Saya ditegur sama Pak SBY. Di bandara saya dipanggil, 'Pak Ahok, kalau tenggelam Istana, saya rela Istana tenggelam, asal kalian jangan jadi tenggelam. Enggak usah izin saya, kata siapa harus izin Presiden? Ada surat SK-nya?' Enggak ada, Pak. 'Ya sudah, kamu buka saja'," cerita Ahok soal teguran SBY yang kala itu Presiden RI.

Menurut Ahok, Kepala Dinas PU kala itu (Erry Basworo) bersikeras harus ada izin dari Presiden. (Baca: Basuki: Gara-gara Pintu Air Tidak Dibuka, Latuharhari Jebol)

"Makanya, saya dendam. Saya malah menduga Latuharhari sengaja dijebolkan. Kenapa? Karena semua air dibuang ke kanal banjir barat," kata Ahok.

KOMPAS/ANDY RIZA HIDAYAT Halte bus transjakarta Latuharhari, Jakarta Pusat yang terendam banjir, Kamis (17/1/2013). Air membanjiri kawasan ini setelah tanggul Kanal Banjir Barat jebol. Paling tidak dari tanggul itu lebih dari dua juta meter kubik air menggenangi pusat Kota Jakarta.
Menurut Ahok, tanggul di mana pun akan jebol jika tidak ada saluran untuk memecah aliran air atau air luber melebihi dinding tanggul. Ujung-ujungnya, kata Ahok, adalah proyek. Setelah kejadian itu, Erry Basworo dicopot dari jabatannya.

Menjelang akhir tahun 2014, Erry dijadikan tersangka kasus perbaikan dan pemeliharaan jaringan atau saringan sampah di Dinas PU tahun anggaran 2012 dan 2013 oleh Kejagung.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com