Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Nasib "Waterway" Karet Peninggalan Sutiyoso?

Kompas.com - 19/05/2016, 11:10 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pada 2007, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso, pernah meresmikan waterway atau moda transportasi air lintas Halimun-Karet sepanjang 1,7 kilometer.

Dinas Perhubungan DKI saat itu sempat mengoperasikan dua unit kapal jenis kerapu di aliran sungai Kanal Banjir Barat tersebut. Namun, beroperasinya waterway itu tidak bertahan lama.

Kini, halte atau dermaga yang digunakan untuk waterway tersebut tak terawat. Salah satunya tecermin di Halte Karet yang terletak di belakang Stasiun Karet.

Kondisi besi penyangga tangga mulai berkarat. Dermaga menuju perahu tampak miring dan reyot. Perahu jenis kerapu pun sudah tak terlihat di sekitar dermaga.

Plang yang dulu bertuliskan "Karet" pun sudah tidak tampak. Yang kini terlihat adalah plang berlatar oranye dengan tulisan "Posko BKB Karet-DK-Badan Air DKI".

Bangunan bergaya khas Betawi yang dulu digunakan sebagai halte itu kini telah berubah fungsi. Halte itu digunakan sebagai tempat petugas UPK Badan Air Dinas Kebersihan DKI Jakarta untuk beristirahat.

"Ini dipakai buat yang pada kerja di sini," ujar Siska, salah satu warga, kepada Kompas.com, Kamis (19/5/2016).

Di halte tersebut tampak beberapa pakaian petugas UPK Badan Air, sarung, tas, dan peralatan lainnya yang digantung. Ada pula kasur dan karpet yang digulung.

Para petugas UPK Badan Air tidak tampak di sekitar halte tersebut. Mereka tengah bekerja membersihkan sungai.

Menurut Saroh, pedagang di belakang Stasiun Karet, halte tersebut kini juga digunakan untuk tidur para petugas UPK Badan Air pada malam hari.

"Iya pada tidur di sana. Kalau yang tinggal di Bekasi kan jauh kalau pulang-pergi. Baru setahun lebihan paling dipakai petugas itu," kata Saroh.

Wanita yang sudah berjualan di sana sejak 2001 itu menyebut, saat waterway masih dioperasikan, banyak sampah di sungai yang menghambat laju perahu.

"Dulu enggak jalan soalnya perahunya macet terus banyak sampahnya," ucapnya.

Kini, setelah ada petugas UPK Badan Air, aliran sungai Kanal Banjir Barat di sekitar Karet sudah bersih. Tidak ada tumpukan sampah yang terlihat di sana. Yang tampak hanyalah sedikit sampah plastik yang terbawa aliran air.

"Sekarang sudah ada pekerja kali sampahnya sudah bersih, tetapi enggak tahu enggak jalan juga (waterway-nya)," ucap Saroh.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sempat melontarkan wacana untuk mengembangkan sarana transportasi sungai di Ciliwung di sekitar Manggarai.

Namun, wacana tersebut langsung dibatalkan karena Ahok, sapaan Basuki, menilai Sungai Ciliwung tidak cocok untuk dijadikan sarana transportasi sungai setelah ia menyusurinya Rabu (18/5/2016) kemarin. Menurut Ahok, aliran Sungai Ciliwung lebih cocok dikembangkan untuk wisata alam.

Kompas TV Kanal Banjir Barat Meluap Petamburan Kebanjiran
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi: Anggota Ormas yang Dianiaya di Jaksel Derita Tujuh Luka Tusukan

Polisi: Anggota Ormas yang Dianiaya di Jaksel Derita Tujuh Luka Tusukan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pelaku Penusukan yang Picu Bentrokan Dua Ormas di Pasar Minggu

Polisi Tangkap Pelaku Penusukan yang Picu Bentrokan Dua Ormas di Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Masih Amankan Truk yang Ditabrak Porsche Cayman di Tol Dalam Kota

Polisi Masih Amankan Truk yang Ditabrak Porsche Cayman di Tol Dalam Kota

Megapolitan
Ikut Mengeroyok, Kakak Pelaku yang Tusuk Tetangga di Depok Juga Jadi Tersangka

Ikut Mengeroyok, Kakak Pelaku yang Tusuk Tetangga di Depok Juga Jadi Tersangka

Megapolitan
Harga Tiket Masuk Wuffy Space Raya Bintaro dan Fasilitasnya

Harga Tiket Masuk Wuffy Space Raya Bintaro dan Fasilitasnya

Megapolitan
Insiden Penganiayaan Jadi Penyebab Bentrokan Dua Ormas di Pasar Minggu, Kubu Korban Ingin Balas Dendam

Insiden Penganiayaan Jadi Penyebab Bentrokan Dua Ormas di Pasar Minggu, Kubu Korban Ingin Balas Dendam

Megapolitan
Begini Kondisi Mobil Porsche Cayman yang Tabrak Truk di Tol Dalam Kota, Atap dan Bagian Depan Ringsek

Begini Kondisi Mobil Porsche Cayman yang Tabrak Truk di Tol Dalam Kota, Atap dan Bagian Depan Ringsek

Megapolitan
Curhat Penggiat Teater soal Kurangnya Dukungan Pemerintah pada Seni Pertunjukan, Bandingkan dengan Singapura

Curhat Penggiat Teater soal Kurangnya Dukungan Pemerintah pada Seni Pertunjukan, Bandingkan dengan Singapura

Megapolitan
PKS Nilai Wajar Minta Posisi Cawagub jika Usung Anies pada Pilkada Jakarta 2024

PKS Nilai Wajar Minta Posisi Cawagub jika Usung Anies pada Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
PKB Minta Supian Suri Bangun Stadion jika Terpilih Jadi Wali Kota Depok

PKB Minta Supian Suri Bangun Stadion jika Terpilih Jadi Wali Kota Depok

Megapolitan
Lika-liku Suwito, Puluhan Tahun Berjuang di Jakarta buat Jadi Seniman Lukis

Lika-liku Suwito, Puluhan Tahun Berjuang di Jakarta buat Jadi Seniman Lukis

Megapolitan
Kembali Diperiksa, Korban Pelecehan Rektor Universitas Pancasila Ditanya Lagi soal Kronologi Kejadian

Kembali Diperiksa, Korban Pelecehan Rektor Universitas Pancasila Ditanya Lagi soal Kronologi Kejadian

Megapolitan
Polisi Tetapkan 12 Pelajar sebagai Tersangka Kasus Tawuran Maut di Bogor

Polisi Tetapkan 12 Pelajar sebagai Tersangka Kasus Tawuran Maut di Bogor

Megapolitan
Heru Budi Kerahkan Anak Buah Buat Koordinasi dengan Fotografer Soal Penjambret di CFD

Heru Budi Kerahkan Anak Buah Buat Koordinasi dengan Fotografer Soal Penjambret di CFD

Megapolitan
Amarah Warga di Depok, Tusuk Tetangga Sendiri gara-gara Anjingnya Dilempari Batu

Amarah Warga di Depok, Tusuk Tetangga Sendiri gara-gara Anjingnya Dilempari Batu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com