Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Komisioner KPU Sarankan "Teman Ahok" Konsolidasikan Jaringan Relawan

Kompas.com - 28/05/2016, 21:05 WIB
Nursita Sari

Penulis

Kompas TV â??Teman Ahokâ?? Tak Permasalahkan Heru jadi Tersangka

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan komisioner KPU yang kini menjadi pendamping ahli relawan "Teman Ahok", I Gusti Putu Artha, memberikan rekomendasi kepada kelompok relawan itu untuk mengonsolidasikan seluruh relawan pendukung calon gubernur dan wakil gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama-Heru Budi Hartono.

Konsolidasi jaringan relawan ia anggap penting dilakukan untuk mengawal proses verifikasi KTP dukungan hingga pemungutan suara pada Pilkada 2017 nanti.

"Saya rekomendasikan kepada Teman Ahok dan calon gubernur kita, kekuatan relawan itu harus dikonsolidasi sehingga dia berjalan dan efektif sesuai tupoksinya masing-masing," ujar Putu kepada Kompas.com di Gudang Sarinah, Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (28/5/2016).

"Lebih dari itu adalah untuk memastikan bahwa dua bulan ke depan antisipasi jejaring relawan dalam konteks penanganan masalah DPT, verifikasi dukungan, itu benar-benar bisa dipersiapkan baik-baik," sambungnya.

Selain Teman Ahok, relawan pendukung Ahok yang lain di antaranya adalah "Muda-Mudi Ahok" dan "Basuki Tjahaja Purnama Mania (Batman)." Menurut dia, keputusan terkait mekanisme konsolidasi jaringan ada di tangan calon gubernur petahana Ahok, sapaan Basuki.

Apakah Ahok akan mengumpulkan seluruh relawan pendukungnya atau menyerahkan kepada Teman Ahok untuk mengoordinasikan semua jaringan relawan. Putu menyebut siap membantu semua jaringan relawan Ahok.

Putu juga meminta agar Teman Ahok mulai memikirkan proses yang harus dilakukan selanjutnya. Konsolidasi jaringan relawan dinilai akan efektif membantu proses-proses itu.

"Saya selalu menekan mereka tolong jangan sampai lewat bulan Juni, ini serius. Kita jangan terjebak pada pekerjaan pengumpulan KTP saja, sedangkan pengawalan tidak bisa dilanjutkan, itu omong kosong. Karena di situ kita akan kebobolan," ucapnya.

Selain itu, Putu juga merekomendasikan agar setiap TPS (tempat pemungutan suara) nantinya dikawal oleh empat orang relawan.

"Sebagai tim ahli saya merekomendasi satu TPS mesti dikawal oleh empat orang. Kita asumsikan di TPS ada pendukung kita sekitar 200.000 dan orang ini bertugas membantu mengawal proses ini. Kita tidak boleh membiarkan DPT tanpa dikontrol," papar Putu.

Selain mengawal proses verifikasi, keempat orang relawan itu juga nantinya akan menjadi saksi di TPS saat pemungutan suara berlangsung.

"Termasuk orang itu yang menjadi cikal bakal saksi kita di TPS," kata dia. Juru bicara Teman Ahok Amalia Ayuningtyas menyebut akan membuka pendaftaran relawan. Namun, dia belum dapat memastikan kapan waktu pendaftaran itu dibuka.

"Sekarang kalau ada yang punya saudara di kelurahannya dicatat aja dulu. Kita akan buka pendaftaranya untuk jagain di TPS-nya di kelurahan masing-masing nanti," kata Amalia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com