JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Muslimat Nadhlatul Ulama Khofifah Indar Parawansa menyebut saat ini Indonesia sudah menjadi negara produsen narkoba. Bahkan, kata dia, reputasi Indonesia sebagai produsen narkoba sudah dikenal di Eropa sejak 20 tahun lalu.
Ia kemudian menceritakan pengalamannya menghadiri konferensi International Narcotics Control Board di Wina, Austria. Saat itu, Khofifah masih menjabat sebagai Ketua Komisi VIII DPR RI.
Menurut Khofifah, ada dua pejabat yang menyebut ekstasi Indonesia sebagai produk yang disukai.
"Dua menteri dari Eropa menyebut ekstasi yang sangat disukai di negerinya adalah ekstasi Indonesia," kata Khofifah saat acara pelantikan Pengurus Wilayah Muslimat Nadhlatul Ulama DKI Jakarta di Balai Kota, Jumat (10/6/2016).
Dalam acara itu juga digelar deklarasi Laskar Anti Narkoba. Menurut Khofifah, alasan disukainya ekstasi dari Indonesia karena adanya campuran racun tikus dan pecahan kaca.
"Karena racun tikus itu kontraksi ke otak cepat. Sedangkan kaca yang digerus ke ususnya yang cepat. Jadi reaksinya yang cepat," ujar Khofifah.
Khofifah menuturkan, pemerimtah Indonesia telat menyadari bahwa negaranya sudah menjadi produsen narkoba. Padahal, kata dia, pada 1987 semua negara anggota ASEAN sepakat untuk fokus pada rehabilitasi bagi pengguna narkoba.
"Sering kali kita sebagai sebuah bangsa itu underestimate. Berpikir ekstasi itu dari luar negeri dan sampai di sini cuma untuk transit. Sering kali kita diberi informasi bahwa ekstasi dari luar negeri cuma mampir ke Indonesia. Padahal kita saat itu sudah menjadi produsen," ujar Khofifah.
Atas dasar itu, Khofifah menginstruksikan agar kader-kader Muslimat NU bisa menjadi pionir dalam pencegahan serta pemberantasan narkoba.
"Ibu-ibu sebagian besar adalah para ustazah. Ustazah-ustazah akan menjadi sinar pencerah," kata perempuan yang juga menjabat sebagai Menteri Sosial ini.