Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P Pertanyakan "Teman Ahok" yang Kini Terima Dukungan Parpol

Kompas.com - 25/06/2016, 13:58 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Andreas Pareira mengatakan, pihaknya sedang mengamati perkembangan saat ini terkait Pilkada DKI 2017.

Salah satunya yakni sosok petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang sekarang didukung relawan dan juga partai politik.

Andreas mengatakan, keputusan PDI Perjuangan memang sedang ditunggu-tunggu, apakah akan mendukung Ahok atau maju dengan calon sendiri.

Kalau PDI-P mendukung Ahok, kata Andreas, maka hasil pilkada ini sudah bisa ditebak. Namun, Andreas mengungkit soal relawan Ahok, Teman Ahok, yang awalnya menolak partai politik.

"Dari awal ketika start awal dengan teman-temannya Pak Ahok ini justru melarang kalau partai politik mendukung, jadi harus minta izin dulu dari Teman Ahok," kata Andreas, dalam talkshow radio dengan topik "Ahok Galau, Teman Risau" di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (25/6/2016).

Namun, belakangan PDI-P mengamati masuknya sejumlah partai politik menjadi pendukung, tanpa perlu melalui proses izin Teman Ahok.

Andreas mempertanyakan hal itu. Sebab, ketika Ahok didukung banyak relawan, ada dua ikon yang terbentuk. Pertama kelompok yang berpusat pada tujuan agar Ahok jadi gubernur. Kedua yakni kelompok yang jadi ikon perlawanan terhadap partai politik.

"Yang jadi ikon perlawanan partai politik itu kemudian gugur dengan sendirinya ketika partai politik ini lolos-lolos begitu saja (mendukung) tanpa harus minta izin (Teman Ahok)," ujar Andreas.

Andreas mengatakan, PDI-P akan melihat dan mengamati aslinya relawan ini. "Kita lihat nanti mereka akan membuka dirinya sendiri. Artinya mereka dari kelompok ini yang akan membuka sebenarnya kami ini apa," ujar Andreas.

Karena, dengan adanya dukungan parpol, Andreas melihat bahwa pendukung yang memberikan KTP untuk Ahok pasti akan bereaksi.

"Kan Kelihatan juga, satu juta orang yang sudah menberikan tanda tangan apakah mereka akan diam saja. Itu suatu hal," ujar Andreas.

Sehingga, menurut dia, menarik bagi PDI-P untuk menyimak perkembangan saat ini.

"Kalau melihat perkembangan sekarang justru lebih menarik jadi pengamat. Mengamati gerak yang terjadi, ada yang galau, ada yang risau," ujar Andreas.

Kompas TV Untung Rugi Dua Pilihan Jalan Ahok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Megapolitan
Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Megapolitan
Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Megapolitan
Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Megapolitan
Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada 'Study Tour' ke Luar Kota

Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada "Study Tour" ke Luar Kota

Megapolitan
RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

Megapolitan
Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Megapolitan
Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Megapolitan
Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Megapolitan
Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Megapolitan
Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Megapolitan
Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Megapolitan
Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar 'Video Call' Bareng Aipda Ambarita

Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar "Video Call" Bareng Aipda Ambarita

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com