JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur DKI Jakarta nomor dua, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan pasangannya, Djarot Saiful Hidayat mengadakan jamuan makan berbayar dengan para pendukungnya, di Hotel Dharmawangsa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (27/11/2016) sore.
Dalam jamuan makan ini, ada dua tarif yang dikenakan kepada pendukung yang berminat datang, yakni Rp 5 juta untuk yang duduk semeja dengan Ahok dan Djarot, dan Rp 2,5 Juta untuk yang duduk di meja lainnya.
"Jumlah keseluruhan yang datang pada hari ini ada 160 orang," kata panitia acara dari kelompok relawan Badja Dharma, Marayuna Anwar Nasution.
Jamuan makan berbayar merupakan salah satu kegiatan yang diadakan Ahok-Djarot dalam rangka menggalang dana kampanye. Jamuan makan berbayar diisi orasi kampanye dari Ahok dan Djarot.
Ahok mengawali materi kampanyenya dengan menceritakan asal mula diadakannya makan berbayar. Menurut Ahok, jamuan makan berbayar terinspirasi model kampanye yang digunakan Barack Obama saat bertarung dalam Pemilihan Presiden tahun 2008.
Ahok mengatakan, Obama menerapkan sistem tiket masuk bagi pendukung yang ingin datang ke kampanyenya. Saat Pilpres AS 2008, Ahok mengaku sempat datang diundang menghadiri kampanye Obama di salah satu kota.
Ketika menghadiri kampanye Obama, Ahok menuturkan sempat ada salah satu politisi Partai Demokrat (partai asal Obama) yang meremehkan dirinya.
"Dia bilang kamu jangan bermimpi mengadakan yang seperti ini di negaramu," ujar Ahok.
Oleh karena itu, Ahok menyatakan puas akhirnya bisa menerapkan kampanye seperti yang pernah dilakukan Obama di Indonesia. Kampanye berbayar yang diterapkan Ahok kali ini merupakan yang kedua kalinya dilakukan selama masa kampanye Pilkada 2017.
Tim kampanyenya juga mengadakaan acara nonton bareng berbayar di Balai Sarbini pada Kamis (24/11/2016) kemarin. Dalam acara yang diadakan oleh kelompok Angkatan Muda Partai Golkar itu, sebanyak 2.000 tiket film terjual habis. Film yang ditonton adalah film "3 Srikandi".