Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Kalau Enggak Setuju, Jangan Main Keroyok

Kompas.com - 07/01/2017, 15:59 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyayangkan aksi pengeroyokan yang dialami Wakil Ketua Ranting PDI-P Jelambar, Widodo.

Apalagi, motif pengeroyokan tersebut karena adanya ketidaksukaan terhadap pasangan calon nomor urut dua, Basuki dan Djarot.

Baca: Kapolres Jakbar Sebut 2 Pengeroyok Widodo adalah Anggota Ormas

Pria yang akrab disapa Ahok ini mengatakan, selama ini dia dan Djarot hanya meminta izin kepada warga untuk memberi mereka kesempatan lagi.

Sehingga, mereka berdua bisa menyelesaikan perjuangan untuk membenahi Jakarta.

"Kami minta izin untuk menyelesaikannya saja. Jadi seharusnya kalau enggak setuju mengizinkan kami menyelesaikan perjuangan kami, ya enggak usah ambil tindakan pengeroyokan atau pemukulan kepada timses kami," ujar Ahok.

Hal itu dikatakan Ahok usai menjenguk Widodo di RS Royal Taruma, Jakarta Barat, Sabtu (7/1/2017).

Ahok mengkhawatirkan kondisi Widodo yang akan cacat dan kesulitan mencari nafkah untuk istri dan anaknya.

Menurut Ahok, seharusnya pengeroyokan itu tidak perlu terjadi. Dia pun bingung kenapa orang yang mendukung dia dan Djarot harus dipukul oleh orang yang memiliki pilihan berbeda.

"Kasihan kan, dia tukang ojek anak satu, kalau dipukul kayak gitu dia retak sampai cacat seumur hidup, enggak bisa kerja, bagaimana? Siapa yang mau piara anak-anaknya?" ujar Ahok.

Kejadian ini bermula ketika Djarot melakukan blusukan di kawasan Jelambar pada Jumat (6/1/2017) siang.

Ketika itu, sempat ada beberapa orang yang mencoba menghalangi blusukan itu. Mereka mengucapkan kata "haram-haram" kepada Djarot.

Widodo sedang mengawal Djarot dalam blusukan itu. Widodo menyampaikan kepada mereka "enggak ada yang haram".

Malam harinya, Widodo dikeroyok oleh orang-orang tersebut saat dia sedang berada di warung. Jumlah pengeroyoknya diperkirakan 10 orang.

Dalam keadaan babak belur, Widodo dijemput para pengurus PDI-P untuk membuat laporan ke Polsek Tanjung Duren.

Hingga saat ini, Widodo masih dirawat di RS Royal Taruma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com