Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Popularitas Masyarakat Tugu yang Dikenal hingga Mancanegara

Kompas.com - 30/01/2017, 09:54 WIB
Cahyu Cantika Amiranti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komunitas Ikatan Keluarga Besar Tugu (IKBT) bermula ketika masyarakat keturunan Portugis datang ke Jakarta tahun 1661. Dari awal kedatangannya, mereka langsung menetap di daerah Tugu.

Saat itu ada beberapa marga yang datang ke Jakarta, tetapi sekarang hanya tersisa enam karena yang lain tidak ada keturunannya. Famili yang masih ada saat ini adalah Cornelis, Broune, Abrahams, Quiko, Andries, dan Michicls.

"Kami hidup di perkampungan. Dahulu kala kami bercocok tanam, menjala ikan, dan berburu babi. Sehari-hari kami juga bermain keroncong untuk hiburan," ujar Ketua IKBT, Erni Michicls, saat ditemui Kompas.com, pekan lalu.

Erni mengatakan, karena sudah terdidik untuk melestarikan budaya sejak dulu, hingga sekarang pun anggota komunitas masih menjalankan acara-acara kebudayaan.

Selain keroncong, ada beberapa kegiatan budaya lain yang masih dilakukan IKBT. Di antaranya, "Rabu-rabu" dan "Mandi-mandi".

"Rabu-rabu" dilaksanakan setiap tanggal 1 Januari. Di kegiatan tersebut, satu keluarga mengunjungi rumah keluarga lain untuk menjemputnya. Kemudian secara beriringan mereka pergi ke rumah warga lainnya, begitu seterusnya.

Selanjutnya, acara "Mandi-mandi" dilaksanakan seminggu setelah kegiatan rabu-rabu. Di acara mandi-mandi, para anggota komunitas berkumpul untuk beribadah dan berpesta.

"Hubungan kami dengan komunitas yang tidak seiman juga rukun. Jadi, selama ini keadaan komunitas aman-aman saja," ucap Erni. (Baca: Menengok Keroncong Tugu yang Berawal sebagai Musik Pelepas Lelah)

Teroganisir

Komunitas masyarakat Tugu menjadi sebuah kelompok yang terorganisir sejak 1970. Sejak saat itu, terdapat pengurus organisasi seperti ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi bidang lainnya.

Periode kepengurusan berlangsung selama tiga tahun. Pemilihan pengurus dilakukan secara musyawarah oleh anggota komunitas.

"Kami selalu bekerja sama. Ketika ada acara atau ada yang meninggal, semua anggota komunitas ikut membantu," kata Erni.

Komunitas yang beranggotakan sekitar 150 Kartu Keluarga (KK) ini rutin mengadakan pertemuan satu bulan sekali.

Dikenal hingga mancanegara

IKBT pernah diundang menghadiri konferensi Asia Community Porto di Malaka (Malaysia). Di sana mereka bergabung dengan komunitas keturunan Portugis lainnya dari seluruh Asia.

Selain itu, acara "Mandi-mandi" yang mereka adakan juga pernah dihadiri Kedutaan Timor Leste dan orang Malaka.

Orang asing pun memiliki keingintahuan yang besar tentang sejarah masyarakat Tugu. Pernah ada seorang peneliti dari Portugal yang menetap di sana selama setahun untuk menyelami kehidupan dan sejarah warga Tugu. (Baca: Upaya Melestarikan Keroncong Tugu di Kalangan Anak Muda)

Namun, tak hanya orang asing yang tertarik dengan sejarah komunitas tugu. Pernah ada seorang dosen dari Universitas Indonesia yang juga meneliti kehidupan dan sejarah masyarakat Tugu.

Erni pun merasa bersyukur masih banyak yang tertarik meneliti sejarah masyarakat Tugu. Dia juga merasa senang dapat membantu memberikan informasi kepada orang-orang yang ingin meneliti. Harapannya, semakin banyak masyarakat yang tertarik dengan budaya dan sejarah Tugu.

Kompas TV Minat Intan Soekotjo Pada Musik Keroncong Sejak Dini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com