Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumarsono: Opini WDP Pemprov DKI karena Banyak Piutang yang Tidak Tertagih

Kompas.com - 02/02/2017, 22:08 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan, salah satu alasan pemberian opini wajar dengan pengecualian (WDP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Pemprov DKI dikarenakan banyaknya piutang yang tak tertagih oleh Pemprov DKI.

Soni, sapaan Sumarsono menjelaskan, piutang yang tak tertagih salah satunya akibat pemerintah mengabulkan pembebasan utang Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lahan (SP3L).

Padahal, prinsip pembebasan lahan yang diajukan telah tercatat sebagai piutang yang harus segera dibayarkan.

"Kalau nilanya banyak dianggap status oleh BPK untuk WDP karena dianggap piutang belum selesai. Angka inilah yang jadi masalah, bukan karena penyimpangan penggunaan APBD, tapi WDP sebagai opini BPK karena banyaknya kewajiban yang tidak tertagihkan," ujar Soni usai rapat bersama Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD ) di Balai Kota, Kamis (2/2/2017).

Soni mengatakan, setiap minggu Pemprov DKI menerima belasan perusahaan yang mengajukan SP3L. Namun, beberapa pengajuan ditolak karena sejumlah alasan. Soni menambahkan, pihaknya berhati-hati memberikan SP3L agar nantinya Pemprov DKI tak lagi merugi. (Baca: Ketua DPRD Nilai Pemprov DKI Dapat WDP karena Terlalu Andalkan CSR)

Agar masalah penagihan piutang bisa terselesaikan, Pemrov DKI berencana membentuk tim yang akan melakukan penagihan terhadap piutang yang belum dibayar. Tim ini diharapkan bisa mengurangi beban piutang Pemprov DKI sekaligus menghindarkan opini WDP dari BPK.

"Dengan adanya tim, pengurangan beban pemerintah provinsi atas status WDP terkurangi. Selama tidak ada tim yang menyelesaikan masalah-masalah yang tercatat sebagai piutang maka Pemprov tidak akan pernah jadi WTP (wajar tanpa pengecualian)," ujar Soni.

BPK memberikan opini WDP terhadap laporan keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 2013, 2014, dan 2015.

Kompas TV Ada Pro & Kontra pada Kebijakan PLT Gubernur DKI Sumarsono
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com