Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DKI Jakarta Dikhawatirkan Kembali Dapat Opini WDP dari BPK

Kompas.com - 05/10/2016, 16:32 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Provinsi DKI Jakarta dikhawatirkan kembali mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Hasil tersebut terjadi dalam tiga tahun terakhir, tepatnya pada 2013, 2014, dan 2015.

Kekhawatiran itu disampaikan sejumlah fraksi di DPRD DKI dalam rapat paripurna pandangan umum fraksi-fraksi terhadap rancangan peraturan daerah (Raperda) tentang Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) 2016, di Gedung DPRD DKI, Rabu (5/10/2016).

Ada sejumlah alasan fraksi-fraksi di DPRD DKI mengkhawatirkan opini WDP dari BPK. Fraksi PDI Perjuangan mempertanyakan Pergub Nomor 138 Tahun 2016 yang diterbitkan pada 29 Juni 2016 yang berlaku surut per 1 Januari 2016.

PDI-P mempertanyakan Pasal 1 Pergub tersebut yang berbeda dengan Pasal 1 Pergub Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penjabaran APBD Penetapan atau Perda Nomor 3 Tahun 2016.

Dalam pandangan yang dibacakan anggotanya, Pantas Nainggolan, Fraksi PDI-P menyebut adanya pergeseran atau pengurangan dan penambahan pada Pendapatan Daerah yang bertambah Rp 79,105 miliar dari APBD Penetapan Tahun 2015 Rp 59,004 miliar; Belanja Daerah bertambah Rp 577,191 miliar dari Penetapan Belanja Langsung Rp 34,382 miliar; serta Belanja Daerah berkurang Rp 498.085 miliar dari Belanja Tidak Langsung Rp 25.562 miliar.

"Apakah akibat dari perubahan atau pergeseran tersebut tidak menjadi temuan yang dapat membuahkan opini WDP setelah Laporan Pertanggung Jawaban Tahun 2016 diaudit oleh BPK?"

"Fraksi PDI-P sangat berharap agar hasil audit BPK terhadap LKPJ Gubernur Tahun Anggaran 2016 membuahkan opini WTP mengingat legislatif daerah adalah bagian dari penyelenggara pemerintah daerah walaupun berbeda fungsi," kata Pantas.

Fraksi Gerindra meminta Pemrov DKI untuk lebih mematangkan perencanaan, kajian, dan strategi yang baik dalam RAPBD, seperti prioritas terhadap pembangunan ekonomi, dan perbaikan infrastruktur yang tersinkronisasi dengan kebijakan nasional.

"Kami meyakini pihak eksekutif tidak menginginkan predikat WDP atau tidak mampu mengelola penyerapan anggaran yang sudah disepakati," kata anggota Fraksi Gerindra, Aristo Purboadji saat membacakan pandangan fraksinya.

Dalam urutan opini BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah, WDP berada pada urutan kedua. Urutan pertama adalah Wajar Tanpa Pengecualian.

Jenis opini yang ada pada urutan ketiga adalah Tidak Wajar, sedangkan jenis opini yang paling buruk adalah Tidak Menyatakan Pendapat alias disclaimer.

Kompas TV Laporan Keuangan DKI Dapat Opini WDP
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com