Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klarifikasi Satkornas Banser NU soal Berita Gus Nuril

Kompas.com - 07/02/2017, 09:01 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Satuan Koordinasi Nasional (Satkornas) Banser (Barisan Ansor Serbaguna) Nahdlatul Ulama Alfa Isnaeni mengeluarkan pernyataan sikap terkait pemberitaan adanya rencana aksi protes Pimpinan Cabang GP Ansor Jakarta Selatan atas perkataan tidak patut Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kepada pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin.

Ada enam hal yang hendak disampaikan Alfa Isnaeni. Pertama pihaknya menyatakan sikap GP Ansor atas perkataan tidak patut Ahok adalah sebagaimana sikap yang telah diambil Ma'ruf yang telah memaafkan Ahok.

Yang kedua, meskipun demikian, GP Ansor mencermati bahwa persoalan Ahok dan pengacaranya dengan Ma’ruf tidak akan selesai dengan baik, jika permintaan maaf Ahok masih bersifat politis.

Termasuk, lanjut Alfa, jika masih adanya provokasi-provokasi dari pendukung Ahok.

"Hal ini tergambar dari masih banyaknya protes atas perkataan tidak patut saudara Ahok/terdakwa dari pengurus GP Ansor dan NU di berbagai daerah, termasuk Pimpinan Cabang GP Ansor Jakarta Selatan," kata Alfa, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (7/2/2017).

Poin ketiga, Alfa mengatakan pimpinan Pusat GP Ansor perlu menegaskan bahwa protes GP Ansor atas perkataan tidak patut Ahok adalah murni reaksi atas perlakuan tidak hormat kepada Ma'aruf.

"Murni reaksi atas perlakuan tidak hormatnya kepada kiai dan pimpinan kami, dan bukan terkait politik pemilukada," ujar Alfa. (Baca: GP Ansor Sesalkan Sikap Ahok...)

Yang keempat, oleh karenanya, Pimpinan Pusat GP Ansor menurutnya tidak membenarkan aksi protes anggota dan kader GP Ansor ditujukan pada simbol-simbol politik tertentu.

"Secara organisatoris, GP Ansor tetap tegas tidak berpolitik praktis sebagaimana keputusan Khittah NU 1926," ujar dia.

Yang kelima, pihaknya menyatakan pimpinan Pusat GP Ansor meminta kepada semua pihak, termasuk mantan pengurus, untuk tidak melibatkan dan atau mengatasnamakan institusi dan personel GP Ansor dan Banser dalam kampanye dan kontestasi politik pilkada.

"Perlu ditegaskan bahwa otoritas kewenangan maupun instruksional di GP Ansor maupun Banser saat ini ada pada Ketua Umum PP GP Ansor, H Yaqut Cholil Qoumas," ujarnya.

Poin terakhir dirinya mengoreksi sebutan Pemimpin Pondok Pesantren Abdurrahman Wahid Soko Tunggal, Nuril Arifin Husein atau Gus Nuril, bukanlah pendiri Banser sebagaimana ditulis pada berita Kompas.com 6 Februari 2017 berjudul "Gus Nuril : Sekarang Banyak yang Mendadak NU".

"Dalam kesempatan ini, Pimpinan Pusat GP Ansor perlu mengklarifikasi bahwa KH Nuril Huda bukanlah pendiri Banser sebagaimana ditulis Kompas 6 Februari 2017 dan yang bersangkutan tidak memiliki otoritas apapun atas institusi dan personel Banser," ujarnya.  (Baca: Gus Nuril: Sekarang Banyak yang Mendadak NU)

Kompas TV Ketua MUI Jadi Saksi, Ini yang Didalami Pengacara Ahok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com