Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Selidiki Pemukulan di TPS Petojo Utara yang Libatkan Tim Ahok-Djarot

Kompas.com - 16/02/2017, 20:38 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Anggota DPRD DKI dari Fraksi PDI-P, Pandapotan Sinaga, telah melaporkan ke polisi insiden pemukulan yang melibatkan dia serta adiknya, Maruhut Sinaga, dan sejumlah warga, di TPS Petojo Utara saat pemungutan suara, Rabu (15/2/2017).

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, pihaknya akan menyelidiki laporan tersebut dengan meminta keterangan saksi-saksi.

"Dia sudah bikin LP (laporan polisi), nanti penyidik Ditreskrimum yang akan lihat," kata Argo kepada Kompas.com, Kamis (16/2/2017).

Argo mengatakan, sejauh ini polisi tidak menahan siapa pun. Pihaknya baru sekadar memastikan bahwa Pandapotan menerima pukulan akibat insiden itu. "Dia dipukul juga," kata Argo.

Pandapotan pun menjelaskan kronologi kejadian tersebut berdasarkan versinya.

"Kejadiannya begini, saya ini kan penanggung jawab petugas dari paslon nomor dua. Saya keliling wilayah Gambir, ke beberapa TPS, dan saya ke TPS itu," ujar Pandapotan ketika dihubungi, Kamis (16/2/2017).

TPS yang dimaksud adalah TPS 18 di RW 7 Kelurahan Petojo Utara. Pandapotan mengatakan, dia mengenakan pakaian kotak-kotak saat meninjau TPS tersebut.

Namun, menurut dia, tiba-tiba petugas panwaslu di TPS itu mengusirnya. "Saya bilang kenapa? Kata dia 'bajunya Pak', padahal enggak ada larangan pakai baju kotak-kotak," ujar dia.

(Baca juga: Terjadi Pemukulan di TPS yang Libatkan Tim Ahok-Djarot )

Pandapotan pun mencari saksi pasangan Basuki-Djarot yang ada di TPS itu. Dia mengatakan, seharusnya semua saksi wajib memakai baju kotak-kotak.

Saksi di TPS itu mengatakan bahwa petugas panwaslu melarangnya mengenakan pakaian kotak-kotak.

"Terus panwasnya bilang 'Oke saya bikin berita acaranya ya Bapak ada di sini'. 'Oh silakan Pak', saya bilang begitu," kata Pandapotan.

Setelah itu, beberapa orang mulai mengelilingi Pandapotan dan anggota panwaslu yang sedang berdebat.

Pandapotan mengatakan, salah satu dari orang itu adalah ketua RW setempat. Selain itu, mereka merupakan pendukung pasangan calon selain nomor 2.

Dia mengatakan, saat itulah salah seorang mulai merekamnya dan mengejek dirinya. Dia sempat meminta kepada polisi yang ada di sana untuk dibawa ke polsek.

Alasannya, dia tidak mau membuat kegaduhan. Kemudian, orang-orang itu meminta KTP dan KTA partainya.

"Terakhir saya tunjukin kartu PDI-P saya. Dia bilang, 'Pak ini kartunya cuma sampai 2016'. Saya bilang ini seumur hidup. Dia bilang saya mau bikin kegaduhan, dibilang kita mau digugurkan," ujar Pandapotan.

"Ditonjoklah aku di kepala. Ditarik leher saya, tapi aku kan enggak mau ribut, akhirnya saya diamankan di polsek," kata dia.

(Baca juga: Cerita Pandapotan, Politikus PDI-P yang Terlibat Aksi Pemukulan di TPS)

Pandapotan mengatakan, ketika itu dia belum mencoblos. Setelah dari polsek, dia pun pulang untuk mencoblos terlebih dahulu.

Ternyata, adiknya mendatangi kembali lokasi keributan itu untuk menanyakan siapa yang memukul Pandapotan. "Berkelahi mereka, adik saya enggak tahu bagaimana, dia dikeroyok," kata Pandapotan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Megapolitan
Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut   Investasi SDM Kunci Utama

Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut Investasi SDM Kunci Utama

Megapolitan
Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Megapolitan
Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Megapolitan
Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Megapolitan
Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com