Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/03/2017, 10:27 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan, politik uang pada Pilkada DKI Jakarta 2017 berada di antara hoax dan realita. Pada Pilkada ini, banyak informasi yang beredar di media sosial terkait dugaan politik uang.

"Politik uang itu antara hoax dan realita. Tiba-tiba beredarlah gambar ada beras di atasnya ada gambar pasangan calon, tapi itu beredar di dunia maya. Kan kita bertanya-tanya, itu realita atau hoax," ujar Titi di Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (23/3/2017) malam.

Titi mengatakan, informasi mengenai politik uang yang disebarkan di media sosial juga dibumbui dengan keterangan-keterangan yang memprovokasi. Apabila masyarakat memiliki informasi terkait dengan adanya dugaan politik uang, Titi mengimbau untuk langsung melapor ke Bawaslu DKI Jakarta, bukan hanya menyebarkannya melalui media sosial.

"Biasanya kalau ada gitu, ayo dong kita laporkan. (Selama ini), itu tidak diikuti dengan proses hukum," kata dia.

Titi mengatakan, masyarakat dari berbagai elemen harus berperan aktif dalam hal ini. Dugaan politik uang yang hanya disebarkan melalui media sosial tanpa dilaporkan, dikhawatirkan hanya akan membuat tensi Pilkada DKI Jakarta memanas, terlebih hal tersebut dilengkapi dengan keterangan provokatif.

"Ini juga yang akan menjadi saya kira kalau kita tidak sama-sama ambil peran, ini akan terus berlanjut, tensinya makin tinggi menjelang hari pemungutan suara," ucap Titi.

Hal lainnya yang berkaitan dengan hoax yakni kampanye jahat. Titi mengatakan, kampanye jahat dilakukan dengan menyebarkan selebaran kampanye hitam, kabat bohong, fitnah, hingga hoax di antara pasangan calon.

Menurut Titi, kampanye jahat ini belum bisa diimbangi dengan proses hukumnya.

"Kecepatan kampanye jahat kurang bisa diimbangi oleh penegakan hukum. Baru kasus yang ini dilaporkan, kemudian datang kasus baru lagi," kata Titi.

Kabar hoax juga tidak hanya ditujukan kepada pasangan calon, tetapi juga penyelenggara pemilu. Menurut Titi, banyak penyelenggara pemilu, khususnya di tingkat bawah, yang termakan isu hoax. (Baca: Meski Sanksi Diperkuat, Politik Uang Dinilai Belum Ditangani Optimal)

Dia mencontohkan, pada H-1 pencoblosan putaran pertama Pilkada DKI Jakarta 2017, beredar informasi agar pemilih yang belum mendapatkan formulir C6 (pemberitahuan memilih) untuk segera meminta formulir tersebut di RT.

Dalam informasi tersebut, pemilih yang tidak memiliki formulir C6 hanya bisa menggunakan hak pilih di atas pukul 12.00 WIB, meskipun terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT).

Padahal, informasi tersebut tidak benar. Yang benar yakni pemilih yang tidak memiliki formulir C6, selama dia terdaftar dalam DPT, dia bisa menggunakan hak pilihnya mulai pukul 07.00 WIB.

"KPU kalau tidak mampu mengejar berbagai berita bohong dalam proses penyelenggaraan pungut hitung ataupun pilkada di lapangan, ini berpotensi kemudian bisa merugikan hak pilih warga negara," ujar Titi. (Baca: Polisi Akan Tindaklanjuti Dugaan Politik Uang yang Dihadiri Giring Nidji)

Kompas TV Badan Pengawas Pemilu Provinsi DKI Jakarta menegaskan agar pasangan calon dan tim suksesnya tidak berlaku curang saat hari tenang. Sebelumnya, Bawaslu DKI telah medapatkan laporan dari masyarakat soal pelanggaran selama kampanye. Oleh karenanya, Bawaslu kembali mengingatkan kepada peserta pilkada DKI untuk tidak melakukan pelanggaran termasuk praktik politik uang di hari tenang. Baslu mengajak warga untuk melapor bila menemukan pelanggaran selama hari tenang. Hukuman pidana bagi pelanggar hari tenang pilkada diatur undang-undang 10 tahun 2016. Bagi pelanggar dipidana penjara 15 hari hingga 3 bulan dan atau denda Rp 100 ribu atau paling banyak Rp 1 juta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke 'Call Center' dan Medsos

Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke "Call Center" dan Medsos

Megapolitan
Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Megapolitan
Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Megapolitan
Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Megapolitan
Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Megapolitan
Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Megapolitan
Viral Video Pelecehan Payudara Siswi SMP di Bogor, Pelaku Diduga ODGJ

Viral Video Pelecehan Payudara Siswi SMP di Bogor, Pelaku Diduga ODGJ

Megapolitan
Kronologi Kecelakaan Mobil Yaris di Tol Cijago Depok yang Tewaskan Petugas Kebersihan

Kronologi Kecelakaan Mobil Yaris di Tol Cijago Depok yang Tewaskan Petugas Kebersihan

Megapolitan
Jenazah Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior Belum Dibawa ke Rumah, Keluarga Hindari 'Beban Mental'

Jenazah Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior Belum Dibawa ke Rumah, Keluarga Hindari "Beban Mental"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com