Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berdiri Empat Jam untuk 5,8 Kilometer

Kompas.com - 13/06/2017, 17:11 WIB

Bus transjakarta yang biasanya jadi andalan menembus kemacetan Jakarta pagi hari, Senin (12/6/2017), berubah jadi jebakan. Ahmad Ronzi (27) harus berdiri empat jam di dalam bus untuk jarak 5,8 kilometer yang biasanya tak sampai 30 menit.

Seperti biasa, karyawan yang berkantor di Kuningan, Jakarta Selatan, itu berangkat dari rumah kontrakannya pukul 07.30 dengan bus Transjakarta 6 atau 6A di Halte Warung Buncit Indah. Biasanya, ia tiba di kantor sebelum pukul 09.00. "Hari ini saya baru turun pukul 13.00," kata pemuda itu berharap kantor memaklumi keterlambatannya Senin itu.

Kendati bus transjakarta berpendingin udara, keringat tetap mengucur karena lama berdiri. Jalur Warung Buncit, Mampang, yang melintasi perempatan Jalan Kapten Tendean hingga Kuningan, akhir-akhir ini memang selalu padat jelang jam masuk kantor. Kawasan itu jalur padat menuju pusat kota.

Jalan Mampang Raya menyempit dari perempatan Jalan Kapten Tendean hingga perempatan Jalan Gatot Subroto karena pembangunan terowongan (underpass) Mampang yang memakan hingga lebih dari separuh badan jalan.

Bus transjakarta dengan jalur khususnya biasanya bisa jadi andalan karena lebih cepat sampai tujuan daripada kendaraan pribadi. Namun, Senin pagi itu, armada ini turut tak berdaya. Kemacetan diduga diperparah mogoknya awak bus transjakarta yang terpusat di Harmoni.

Gangguan di satu titik koridor dapat mengganggu jaringan koridor transjakarta. Mobilitas bus transjakarta menjadi tersendat. Di jalur khusus transjakarta sekitar kawasan Mampang dan Kapten Tendean, belasan bus transjakarta merayap.

Tak hanya Ronzi, Meliana (20) pun harus ikut "menikmati" perjalanan di transjakarta selama 1,5 jam untuk menempuh jarak 2,9 km saja dari Halte Duren Tiga ke Mampang Prapatan. Padahal, biasanya jarak ini bisa ditempuh tak sampai 10 menit.

Pindah-pindah jalur

Dampak aksi mogok pekerja transjakarta membuat pengguna angkutan massal berbasis bus itu harus menanggung "derita" massal, seperti juga dialami Erlida Simanjuntak (45), warga Jatinegara. Siang itu, ia hendak melakukan perjalanan ke Blok M menggunakan bus transjakarta. Ia bersama seorang temannya menuju ke Halte Kampung Melayu.

"Biasanya kalau dari Kampung Melayu ke Blok M, saya hanya dua kali naik bus dengan sekali berpindah bus saja di Dukuh Atas. Tetapi, saat tiba di Kampung Melayu, petugas halte bilang saya harus berpindah-pindah bus karena lagi ada mogok pekerja," kata Erlida.

Berdasar petunjuk petugas, Erlida pun terpaksa naik bus transjakarta rute Kampung Melayu-Ancol. Ia turun di Halte Pasar Senen. Dari halte ini, ia harus berjalan lagi untuk berpindah tempat di dalam halte itu.

Di Halte Pasar Senen itu, Erlida naik bus Pulogadung-Harmoni dan di Harmoni harus berpindah bus lagi yang dari Kota-Blok M. "Saya harus naik-turun bus dan berjalan pindah dari satu halte ke halte yang lain untuk sampai ke Blok M. Capek pindah-pindah dan jalan kaki karena badan saya gemuk," kata Erlida saat di Halte Harmoni menuju ke Blok M.

Erlida menyesalkan aksi mogok itu karena yang menjadi korban adalah masyarakat pengguna bus transjakarta. "Masak mereka (pekerja transjakarta) mengorbankan pelayanan kepada penumpang untuk kepentingan sendiri," ujarnya. Sepanjang Senin, layanan angkutan publik yang sudah jadi andalan warga itu lumpuh sekitar empat jam hingga pukul 13.30.

Mudah-mudahan segera ada solusi. (IRE/PIN)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Juni 2017, di halaman 28 dengan judul "Berdiri Empat Jam untuk 5,8 Kilometer".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com