"Kalau dicurigai akun itu, saya minta akun itu ditelusuri siapa yang menggunakan, untuk kami beri pendidikan sehingga objektif. Dilihat punya siapa akunnya, supaya ditelusuri," ujar Djarot di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis (7/9/2017).
Kesalahan pembuatan laporan semacam itu bisa merugikan lurah setempat. Key performance index (KPI) para lurah menjadi tidak terpenuhi dan tunjangan kinerja daerah (TKD) mereka berkurang. Djarot tidak ingin aplikasi Qlue malah dijadikan alat untuk memojokan para lurah.
"Jadi kalau membuat pengaduan ya yang bertanggung jawab," ujar Djarot.
Djarot juga meminta warga tidak membuat laporan untuk hal-hal kecil. Selama masih bisa, Djarot berharap warga menyelesaikan permasalahan itu sendiri. Misalnya aduan saluran air yang penuh sampah di depan rumah warga. Djarot berharap warga bisa membuang sampah itu sendiri tanpa harus melapor ke aplikasi Qlue.
"Kecuali ada pohon yang akan tumbang atau jalan berlubang, baru minta bantuan petugas kami melalui aplikasi Qlue," ujar Djarot.
Kepala Biro Tata Pemerintahan DKI Jakarta Premi Lasari mengatakan, ada akun yang mengirimkan 10 sampai 20 laporan dalam satu hari. Padahal, permasalahan yang dia laporkan adalah persoalan yang sama.
"Misal satu aduan bisa diposting 10 sampai 20 kali. Kami perintahkan lurah untuk menyisir agar bisa dipilih mana yang bisa ditindaklanjuti," kata Premi.
Lihat juga: Djarot: Yang Harusnya Bisa Dikerjakan Sendiri, Kok Dilaporkan ke Qlue?
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/09/07/17454731/djarot-minta-akun-warga-yang-kirim-spam-ke-qlue-ditelusuri