Salin Artikel

Tanpa Tempat Tinggal, Buruh Serabutan Berusaha Taklukan Ibu Kota

Sebelum beranjak tidur, Sanudin mengoleskan pelembab anti-nyamuk ke tangan, kaki hingga wajahnya.

"Daripada digigit nyamuk kan, mendingan diolesin semuanya. Namanya tidur di tempat begini ya banyak nyamuk," kata dia.

Pria asal Brebes, Jawa Tengah itu mengaku tak memiliki tempat tinggal. Sehari-hari, ia dan puluhan teman sesama perantauan bernaung di kawasan tersebut.

"Saya ini sudah dari tahun 1978 di sini. Kerja jadi buruh serabutan. Kadang mberesin kebun, taman atau kalau ada orang butuh tenaga bikin galian saya bisa bantu," kata dia.

Sanudin mengatakan, sekali menerima order dia akan mendapatkan imbalan Rp 100.000 hingga Rp 200.000. Namun, sudah tiga minggu ini dirinya tak mendapatkan permintaan kerja.

"Kalau enggak ada order begini ya saya pengangguran. Buat makan aja susah di sini, apalagi buat ngirim (uang) ke kampung. Saya masih punya tanggungan dua anak di kampung," kata dia.

Sanudin dan rekan-rekannya sering mendapat bantuan makanan dari warga sekitar yang merasa iba dengan mereka.

"Ya alhamdullilah ada yang kasih makanan. Tapi kalau bisa beli sendiri saya lebih senang sebetulnya," kata dia.

Nasib serupa dialami Edi (45). Ia telah bekerja sebagai buruh serabutan sejak 1988. Dia kini galau dengan sepinya order beberapa minggu terakhir ini.

"Kami biasanya ditelpon kalau memang ada langganan kami yang butuh tenaga kami. Tapi ini ditunggu-tunggu enggak ada yang telepon," kata dia.

Edi mengungkapkan, untuk mencukupi biaya hidup sehari-hari kini terasa sangat sulit.

"Sekarang kan apa-apa bayar. Kencing saja bayar Rp 2.000," kata dia.

Edi dan Sanudin tak sendiri. Banyak perantau lain yang juga menggantungkan hidup dengan cara yang sama.

"Kami ada yang dari Brebes, Pekalongan, Jepara, Purbalingga," sebut Sanudin.

Perantau lain bernama Choir (53) tak berkecil hati. Di tengah sulitnya mencari nafkah, ia dan kawan-kawannya tidak menggantungkan hidup dengan mengemis.

"Kami punya cangkul, kami punya alat untuk kerja, kami mencari nafkah dengan halal, bukan gelandangan atau pengemis," ujar dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2017/09/19/12181661/tanpa-tempat-tinggal-buruh-serabutan-berusaha-taklukan-ibu-kota

Terkini Lainnya

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke