Mesin parkir meter yang tidak terpakai bisa ditemui di kawasan Falatehan, Jakarta Selatan. Beberapa mesin memang tak berfungsi.
Menurut Hardi, juru parkir (jukir) di kawasan tersebut, keberadaan mesin tersebut kurang efektif.
"Jarang yang pakai, mereka (masyarakat) itu rata-rata pada nggak punya kartu, apalagi yang pakai motor. Jadinya kita-kita (jukir) juga yang nge-tap, terus mereka bayar pakai uang cash," kata Hardi, Rabu (6/12/2017).
Selain tak memiliki kartu, warga juga malas menggunakan mesin parkir karena dinilai terlalu mahal, apalagi dengan kondisi lahan parkir yang seadanya.
Kondisi itu juga diakui Narsin, jukir di sekitar ruko kawasan Falatehan. Menurut Narsin konsumen yang mengeluh rata-rata pengguna mobil.
"Mobil satu jam pertama Rp 5.000, kondisinya parkiran ini kan di pinggir jalan, mereka anggap kemahalan kalau tiap jam berikutnya Rp 5.000 lagi," kata Nursin.
"Biasanya mereka parkir di pinggiran paling cuma kasih Rp 2.000 sampai Rp 3.000 sudah cukup. Ini malah seperti di mall," tambah Nursin.
Mulai Senin lalu, ujar dia, sistemnya kembali ke model manual, menggunakan karcis parkir.
"Senin kemarin sih kami sudah disuruh pakai manual lagi, jadi balik ke awal. Untuk mesin belum ada kabar mau di tarik atau tidak, isunya cuma menunggu ada vendor baru sampai Februari (2018)," kata Hardi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/12/07/08503091/mesin-parkir-meter-era-ahok-di-mata-jukir