Semakin masuk ke permukiman, lebar kali semakin menyempit. Akhirnya Anies sampai di permukiman warga yang keseluruhannya sudah berupa rumah dan jalan. Tidak ada lagi jejak kali di sana.
Anies menghentikan langkahnya dan melihat ke bawah. Di bawah kakinya, terdapat saluran air yang ditutup dengan teralis selokan.
Ternyata, di sanalah aliran kali yang sejak tadi dia susuri. Di atas kali tersebut sudah dibangun jalan setapak dan rumah.
Anies geleng-geleng melihat pemandangan yang ada di hadapannya.
Dia bertanya kepada Fatimah, istri Ketua RT 003 RW 006 yang ada di sebelahnya.
"Sudah berapa lama ini?" tanya Anies.
"Sudah lama ini, Pak. Ya Pak RW ya? (mulai dibangun tahun) 2010-an lah," kata Fatimah.
"Berarti tujuh tahunan? Terus ini (rumah) dibangun begitu saja? RT dan RW enggak ingatkan?" tanya Anies.
"Iya kan beda-beda orangnya, Pak. Sekarang RT baru, RW baru," kata Fatimah.
Fatimah kemudian mengajak Anies melihat ujung permukiman itu. Aliran kali baru terlihat lagi di ujung rumah warga. Anies melihat sebentar kondisi kalinya, kemudian berbalik badan.
"Paham, paham," kata Anies.
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/12/13/09222061/anies-geleng-geleng-kepala-lihat-rumah-warga-caplok-bibir-kali-pulo