Koesmedi tak menyebut daerah mana yang paling banyak belum memiliki MCK. Namun, kata dia, daerah yang banyak dialiri sungai menjadi daerah yang paling banyak yang belum memiliki MCK.
"Ada 70 persen yang sudah ada sanitasi. Saya enggak hapal di mana saja kalau yang 30 persen. Tapi biasanya daerah yang banyak dialiri sungai. Misalnya Cengkareng itu ada rumahnya di atas rawa. Mereka enggak punya WC. Kalaupun ada WC pembuangannya tetap di sungai atau rawa," ujar Koesmedi kepada Kompas.com, Rabu (13/12/2017).
Koesmedi mengatakan, tercatat baru empat kelurahan di Jakarta yang benar-benar telah memiliki sanitasi yang baik. Ini dilihat dari adanya fasilitas MCK serta tempat penampungan kotoran yang ditampung dalam sebuah tempah khusus seperti septic tank.
Setiap tahunnya, kata Koesmedi, terjadi peningkatan jumlah masyarakat yang telah memiliki fasilitas MCK di rumahnya. Hal itu tak terlepas dari sosialiasi yang dilakukan Dinas Kesehatan.
Koesmedi mengatakan, petugas dari Dinas Kesehatan melalui posyandu, dan Puskesmas serta sejumlah komunitas masyarakat terus menggalakan pentingnya fasilitas sanitasi untuk hidup bersih.
"Kami terus sosialisasikan. Ini juga sejalan dengan program Kementerian Kesehatan melalui Sanitasi Total Berbasis Masyarakat," ujar Koesmedi.
Kompas.com, Rabu siang mendatangi wilayah Kampung Pulo. Di wilayah itu terlihat lingkungan yang kotor mulai dari sampah yang menumpuk di Sungai Ciliwung hingga kotoran manusia di saluran air.
Sejumlah petugas PPSU Kelurahan Kampung Melayu yang kerap bertugas membersihkan sampah di kawasan itu mengatakan kerap menemukan kotoran manusia di saluran air.
Sebagian rumah warga di wilayah Kampung Pulo memang tidak memiliki fasilitas MCK. Namun, saat ini sudah ada WC umum yang disediakan di beberapa titik yang seharusnya dapat dimanfaatkan warga.
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/12/13/22161881/kadis-kesehatan-30-persen-rumah-di-jakarta-belum-miliki-mck