Samjudin kecewa karena Jalan Jatibaru langsung ditutup begitu saja. Sementara program OK Otrip baru ditawarkan sesudah penutupan jalan itu.
"Dari kami intinya begini, kalau memang ada program (OK Otrip) sosialisasikan dulu. Jangan usaha kami dimatikan dulu. Saya sudah kelaparan, baru ditawarkan program itu," ujar Samjudin di depan Balai Kota.
Sopir angkot lain yang berkerumun di sekeliling Samjudin membenarkan pendapat itu. Samjudin mengatakan, program OK Otrip membutuhkan waktu untuk diterapkan. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi sopir angkot yang ingin masuk ke program itu.
"Tapi, sekarang saya sudah kolaps. Penerapan (OK Otrip) yang begitu, kan, butuh waktu. Apa kami mati dulu baru prosesnya jalan?" katanya.
Ia mengatakan, pendapatannya turun 50 persen sejak Jalan Jatibaru ditutup Pemprov DKI demi memberi tempat pedagang kaki lima berdagang. Biasanya dia bisa membawa pulang Rp 100.000 sampai Rp 150.000 per hari. Penghasilan itu sudah dipotong dengan setoran harian.
"Tapi, sekarang kami bawa duit paling Rp 60.000, kadang kalau hari libur kami nombok," kata dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/01/31/11360861/sopir-angkot-janganlah-usaha-kami-dimatikan-baru-tawarkan-program